Jumat, 12 Januari 2018

Selamat Ulang Tahun #2 Alifa

12012018 Waktu berlalu begitu cepat. Masih teringat jelas saat kamu lahir ke dunia. Dengan perjuangan dan kesabaran, akhirnya aku bisa memelukmu dan melihatmu oh malaikat kecilku. Tiada kata-kata yang mampu mewakili perasaanku saat itu. Sungguh, semua perasaan bercampur menjadi satu. Mendengar tangisanmu untuk pertama kalinya, ahh... Kurasa hanya air mata kebahagiaan yang mampu mewakilinya. Ketika memelukmu pertama kali, jantung kita saling bertemu. Kata apa yang pas untuk aku ungkapkan? Aku sangat bersyukur, Allah memberikan anugerah terindah dalam hidupku. Dan waktu terus berjalan. Setiap hari, setiap waktu rasanya tak ingin melewatkan sedetikpun tanpamu. Melihat setiap perkembanganmu membuatku bahagia dan bangga padamu. Mulai dari belajar miring, tengkurap, merespon ketika diajak bicara, merangkak, berjalan dan seterusnya. Alhamdulillah, aku bisa memberikan ASI Eklusif selama 6 bulan. Tanpa melewatkan semua itu, sungguh membuatku puas menjadi seorang ibu. Kini, kamu sudah bisa berjalan bahkan berlarian kesana kemari. Begitu enerjik. Hari ini, genap dua tahun usiamu. Selamat ulang tahun malaikat kecilku. Semoga panjang umur, sehat selalu, menjadi anak yang shalehah, berbakti kepada orang tua dan tambah pintar ya. Aamiin. Semoga aku diberikan kesabaran dan kekuatan dalam mengasuh dan mendidikmu. Maafkan mama' ya, kalau selama ini ada yang kurang pas atau mama' kurang sabar dalam mendampingimu. Maafkan mama' ya Alifa. Sekali lagi, Selamat ulang tahun Alifa sayang. Mama' dan Bapak sangat menyayangimu. #LoveYa

Senin, 09 Februari 2015

Aku Sangat Membencinya

Dia... Mungkin satu kalimat untuknya. "Aku sangat membencinya". Sampai saat ini, bahkan mungkin sampai nanti. Iya... Sampai nanti. Dia, telah merenggut segalanya. Ibu yang kusayangi. Kebahagiaan, waktu dan senyuman. Mengubahnya menjadi air mata kesedihan. Tetapi Dia, telah mengajarkan tentang kesabaran dan keikhlasan. Dia datang tanpa diduga. Membuat kami terkejut tak berdaya. Dengan Doa dan usaha untuk mencari kesembuhannya. Sampai dia, sedikit demi sedikit mengikis kesabaran yang kami punya. Bersyukurnya kami, karena kesabaran itu selalu ada. Dia, sudah melukai banyak orang. Entah seberapa banyak di dunia ini yang menangis karena kehadirannya. Dia, yang tak pernah diharapkan. Namun suka sekali datang. Yang belum juga ditemukan obatnya. Kurasa, memikirkannya hanya akan menguras tenaga. Dan kupikir, tidak ada untungnya. Tapi, ketika ingin acuh padanya dan tak ingin memikirnya. Ternyata begitu sulit. Dia, yang dikenal dengan sebutan "Kanker". Mungkin semua orang tahu dengan nama itu. Sedihnya, belum juga ada obat yang bisa mengobati si kanker. Rasanya, aku ingin melakukan sesuatu. Tapi apa? Apa yang bisa aku lakukan. Setidaknya, aku ingin sekali bisa melakukan sesuatu untuk sahabatku. Tapi, aku tidak bisa melakukan apa-apa. Hari ini, 4 Februari 2015. Hari Kanker Sedunia. Semoga, kedepannya orang-orang jenius di luar sana bisa menemukan obatnya. Obat yang bisa menyembuhkan semua penderita. Dan kita akan tersenyum bahagia. Kulon Progo, 4 Februari 2015

Senin, 02 Februari 2015

Air Mata



Ahh... Air mata.
Mengapa kau begitu cepat datangnya.
Aku bahkan belum sempat mengundangnya.
Bahkan mengalir dengan derasnya.

Ohh... Air mata.
Kau membuatku layaknya perempuan tak berdaya.
Seperti tak mempunyai tenaga.
Hingga air mata jawaban satu-satunya.

Air mata ini,
Kau membuatku membenci diriku sendiri.
Bagaimana tidak! Kau selalu datang seakan menghantui.
Sungguh, aku tak ingin kau datang sesering ini.

Air mataku,
Aku sangat menghargai keberadaanmu.
Aku tak ingin memiliki hati beku.
Di sisi lain, aku juga tak ingin lemah dan lesu.
Karena kehadiran air mataku.

Air mata,
Sungguh, aku tak ingin terlihat lemah karenamu.
Meski sesungguhnya, keberadaanmu tak selalu ku artikan sebuah kelemahanku.
Akan tetapi, orang lain melihatnya tak seperti itu.
Hingga aku, dengan susah payah sering menyembunyikanmu.

Air mata,
Kau datang membasahi pipi.
Entah karena senang ataukah sedih.
Kau datang tanpa kuduga.
Menetes dengan derasnya.

Air mata,
Meski aku mampu menahannya.
Sampai aku tak kuasa menyembunyikannya.
Dan dada ini terasa begitu sesak.
Mata ini berkaca-kaca.
Dan akhirnya air mata itu menetes jatuh ke Tanah.



Bintang, 30 Januari 2015







Dear Bunda

Dear Bunda,
Rasa rindu ini semakin membuncah.
Semakin tak tertahankan.
Walau kutahu ku hanya bisa mengobati rindu ini dengan Dzikir Do'a.

Dear Bunda,
Akhirnya waktu ini telah tiba.
Waktu yang kau tunggu sejak engkau masih ada.
Allah telah mengirimkan seseorang untuk menjadi Imamku.
Dan... Aku bisa membuat Bapak bahagia.
Aku bisa merasakan ada kelegaan dari hatinya.
Aku pun bahagia.

Dear Bunda,
Seolah seluruh alam meng-aamiini
Mendoakan dan ikut bahagia untukku.
Seandainya engkau masih ada disini.
Pasti kebahagiaan itu lengkap sekali.

Dear Bunda,
Apa engkau melihatnya dari atas sana?
Apa engkau juga merasakan kebahagiaan ini!
Bintang-bintang di atas sana begitu dekat denganmu.
Semoga, Bintang-bintang indah itu akan mengirimkan kabar bahagia ini kepadamu.
Ke Surga....


Lubuk hati, 6 Januari 2015

Kamis, 22 Januari 2015

Dear You


Dear You,
Kau datang dari arah yang tak kusangka.
Datang dengan tiba-tiba.
Mengejutkan semuanya.

Dear You,
Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Harus bersikap bagaimana.
Aku masih butuh waktu untuk memikirkannya.
Tak lama.
Hanya sebatas waktu.

Dear You,
Kurasa aku perlu menyiapkan hatiku.
Untukku, ini terlalu cepat.
Mungkin karena hatiku yang belum siap sepenuhnya.
Tapi, ada satu hal yang membuatku harus mengambil keputusan terbesar dalam hidupku.
Meskipun itu sulit, aku harus tetap mengambilnya.

Dear You,
Selamat datang dalam kehidupanku.
Akhirnya, aku telah menerimamu.
Untuk menjadi Imam hidupku.
Semoga kau tak pernah menyesal karena memilihku.

Dear You,
Maafkan aku, jika aku tak sesuai dengan keinginanmu.
Banyak kekurangan dan kelemahan yang ada dalam diriku.
Yang kau pun belum tahu apa-apa tentangku.

Dear You,
Ijinkan aku bercerita sedikit tentangku dan tentang kehidupanku.
Supaya kau tahu sedikit gambaran tentang kepribadianku.
Dan kau akan tahu seberapa lemahnya diriku.
Aku harap kau tak berubah pikiran karena hal itu.
Meski kutahu akan ada rasa kecewa menelusup sanubarimu.

Dear You,
Aku bukanlah seorang perempuan sempurna.
Aku juga bukan calon isteri idaman.
Aku hanyalah seorang perempuan sederhana.
Jauh dari feminin, modis dan stylist.
Bahkan mungkin aku adalah seorang perempuan tomboy karena tidak pernah memakai rok, juga tidak bisa memasak.
Pun juga tidak pernah berdandan menor.
Inilah aku, apa adanya diriku.

Dear You,
Mungkin kau tak melihat adanya sisi dewasa dalam diriku.
Karena aku sendiri tidak merasa dewasa.
Selama ini, aku selalu bertanya-tanya.
Bagaimana caranya supaya aku bisa berfikir dewasa.
Namun aku belum juga menemukannya.
Apakah, kau mau mengajarkanku untuk menjadi lebih dewasa?

Dear You,
Aku adalah perempuan yang ceroboh.
Ketika melakukan sesuatu selalu ada saja kesalahan yang aku lakukan.
Meskipun hal kecil itu membuatku tidak percaya diri.
Aku juga bukan orang yang pintar, tidak berpendidikan dan juga pengangguran.
Apakah kau bisa menerima apa adanya diriku?

Dear You,
Aku adalah seorang pendiam dan juga mungkin introvert.
Yang tidak pandai bergaul ataupun bersosialisasi.
Tapi, aku sudah belajar untuk bisa bersosialisasi dengan baik ditengah orang banyak.
Aku mulai menikmatinya, meskipun aku tidak banyak bicara.

Dear You,
Aku pernah bercerita ini padamu sebelumnya.
Aku mempunyai pengalaman buruk ketika ku bekerja dulu.
Dengan jujur kukatakan, aku masih takut.
Ada rasa trauma dalam hatiku.
Aku takut jika suatu hari nanti mereka menuntutku.
Padahal aku tidak tahu apa-apa.
Aku tidak bersalah.
Kau pun tahu itu.
Aku hanya tidak mau melibatkanmu dalam hal ini.

Dear You,
Maafkan aku, jika aku sangat membosankan ketika kau mengajakku berbicara.
Membuatmu serba salah atas sikap kaku ku.
Sungguh, aku tidak bermaksud apa-apa.
Mungkin, aku hanya belum terbiasa.

Dear You,
Apa kau tahu?
Kau pernah hampir membuatku menangis.
Ketika aku sakit dan harus opname di sebuah Rumah Sakit.
Kau setiap malam menungguku di Rumah Sakit.
Kau tidur di luar kamar dan kedinginan.
Bersama Bapak, kalian berdua menungguku.

Dear You,
Aku sadar akan sesuatu.
Aku bisa merasakan ketulusanmu.
Aku terharu atas apa yang kau lakukan untukku.
Aku tidak menyangka ada orang yang perhatian padaku.
Yang selama ini tidak pernah ada.
Jujur, aku bahagia.
Hingga aku meneteskan air mata.
Meski di sisi lain aku merasa.
Bahwa, aku tidak pantas diperlakukan seperti itu.
Aku bahkan tidak bisa memberimu apa-apa.
Kecuali ucapan terima kasih.

Dear You,
Kau adalah calon Imamku.
Tapi aku juga menemukan sosok lain yang ada dalam dirimu.
Seorang kakak.
Aku seperti menemukan seorang kakak yang juga calon Imamku.
Seperti yang aku impikan selama ini.
Aku ingin mempunyai seorang kakak laki-laki.
Apa kau tak keberatan!
Jika kau menjadi Imamku sekaligus kakak bagiku.
Dan menjadi Guardian Angel ku.
Maafkan aku, aku tidak bermaksud menuntutmu.
Aku hanya.... Hanya....
Lupakan, mungkin aku terlalu sering menonton Drama.

Dear You,
Aku mempunyai panutan dalam hidupku.
Yaitu Bapak dan Ibu ku.
Mereka berdua sangat luar biasa.
Saling mengasihi dan menyayangi.
Saling setia hingga ajal memisahkan.
Cinta yang sangat sederhana.
Namun selalu terjaga.

Dear You,
Mungkin aku terlalu banyak bercerita.
Meskipun aku hanya mampu menyampaikan melalui sebuah coretan sederhana.
Maaf, karena bibirku tak sanggup aku gerakkan.
Mungkin kau akan lelah membacanya.

Dear You,
Dengan tulus aku katakan.
Terima kasih untuk semua yang kau lakukan untukku.
Sudah memilihku dan juga menerimaku.
Maafkan aku....
Sungguh, maafkan aku jika aku bukanlah sosok yang sempurna untukmu.
Aku akan berusaha sebaik mungkin.
Meskipun itu tak mudah.
Aku pasti akan mencobanya.
Dengan bimbinganmu.
Aku pasti bisa.






Lubuk hati, 22 Januari 2015




Dek Yuli / Bintang





















Minggu, 14 Desember 2014

73 Hari Yang Berharga



29 Juni 2014
Waktu adalah bagian yang berharga untuk kita. Setiap hari, jam, menit bahkan detik. Tapi tidak semua orang mampu menghargai waktu yang telah diberikan kepada kita. Ya, termasuk aku sendiri yang telah lama membuang waktu percuma karena tidak aku gunakan dengan sebaik-baiknya. Mungkin, sekarang ini adalah penyesalanku yang tak mungkin bisa aku tebus kembali. Tulisan kali ini berkesinambungan dengan tulisanku sebelumnya yang berjudul “Hidup adalah satu kesempatan”.
4 Juni 2014
Ketika aku memasuki dunia kerja yang baru saja aku jalani, aku sangat menikmatinya dan senang walaupun pekerjaannya sangat sulit, banyak tantangan dan juga resiko bahaya. Hari pertama memasuki lokasi pabrik sempat hampir membuatku menyerah karena belum mampu beradaptasi di tempat yang baru. Karena lokasi yang super panas langsung membuat tubuhku melemah. Punggung, perut dan kaki seakan tak mampu menopang seluruh tubuh ini.
Ada yang membuatku terkejut ketika melihat para operator yang sedang sibuk menunggu mesin. Banyak yang sudah ibu-ibu bahkan nenek-nenek bekerja di pabrik ini. Iseng-iseng ku bertanya kepada salah satu operator “Sudah berapa tahun bu, bekerja di sini”? Beliau menjawab “Sepuluh tahun”. Aku seketika terkejut mendengar jawaban dari ibu tadi. Aku bertanya lagi kepada beberapa operator dengan pertanyaan yang sama. Dan semakin terkejutnya aku mendengar jawaban mereka. Ada yang sudah 16 tahun, bahkan paling lama sudah bekerja selama 23 tahun. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala. Hebat sekali mereka menghabiskan separuh umurnya untuk bekerja di sini. Aku sangat salut terhadap mereka yang sangat pekerja keras. Waktu itu dalam hatiku mengatakan “Mereka mampu bertahan sampai 23 tahun, lalu aku! Sehari saja rasanya sudah tidak kuat”. Baru beberapa menit di dalam pabrik, keringatku langsung mengucur. Mungkin aku belum pernah merasakan kepanasan sampai seperti itu. Salah satu temanku waktu itu langsung sakit perut dan masuk angin. Ketika selesai istirahat gantian aku sendiri yang sakit perut dan punggung. Aku selalu bertanya-tanya pada diri sendiri waktu itu, kira-kira aku akan bertahan berapa lama di sini. Aku berpikir, mungkin hanya beberapa hari aku sudah mengundurkan diri. Ya, aku sempat berpikir ingin menyerah.
Hari kedua, pengalaman baru aku dapatkan. Jujur, semakin hari semakin sulit ilmu yang kupelajari di sini. Ketika aku mulai dengan membuat kesalahan aku sangat ketakutan waktu itu. “Ahh, betapa bodohnya aku”. Tentu saja aku langsung mendapat teguran dari Trainernya. Sungguh, aku takut sekali waktu itu.
10 Desember 2014
Aku baru menyadari bahwa bekerja di pabrik memang tidak mudah. Baru dimasukkan ke Shift saja aku langsung di opname. Sungguh memalukan. Dan akhirnya aku memutuskan untuk mengundurkan diri karena mempertimbangkan dengan fisikku yang tidak kuat masuk shift malam.
Terhitung 73 hari aku bekerja di Pabrik itu. Jujur saja, jika fisikku memang kuat aku ingin sekali bisa meneruskan bekerja di sana. Tapi yah, apa boleh buat keadaanku tidak memungkinkan.
Meskipun hanya 73 hari aku bekerja, aku mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman yang menurutku itu sangat berharga. Tidak hanya mendapat ilmu dan pengalaman tetapi aku juga mendapat seorang sahabat yang baik. Dan dia sudah aku anggap seperti kakakku sendiri. Terima kasih untuk 73 hari yang berharga ini Ya Allah....

Bintang, 10 Desember 2014

Kamis, 27 November 2014

My Little Prince #2



“Menangis” ... Itulah yang bisa kulakukan ketika aku mendengar kabar itu. Berat rasanya untuk menerima. Bahkan untuk membayangkan saja aku tidak berani. Aku merasa, sedang kembali ke tahun 2010. Yah, empat tahun yang lalu. Di mana air mata banyak sekali tumpah karena ujian dariNYA. Cobaan yang datang bertubi-tubi secara bersamaan tanpa jeda. Yang membuatku sangat terpuruk dalam menjalani kehidupanku.

Kok bisa?  Kok bisa? Pertanyaan yang langsung membombardir pikiranku. Dia masih kecil dan baru saja operasi Amandel. Tapi kenapa dia mendapatkan cobaan lagi bahkan begitu berat daripada sebelumnya. Enam tahun usianya, namun harus mengalami hal yang tak pernah kami bayangkan sama sekali.

“Tulangnya bercabang dan harus di operasi”, kata kakakku.  Kaget dan syok ketika aku mendengarnya. Sama kagetnya seperti  almarhum ibu divonis kanker. Aku langsung terbayang wajah pangeran kecilku Zaky. Teringat sejak kecil dia sudah sakit-sakitan. Setelah operasi  Amandel, selang beberapa hari, ada  saudara yang memijat Zaky. Tanpa sengaja menemukan benjolan disekitar lututnya. Setelah dilihat seperti tumbuh daging. Namun ketika ditekan seperti tulang karena keras. Setelah dibawa ke Rumah Sakit, ternyata memang benar kalau itu bukan daging tetapi tulang.

Entah tulang bercabang atau apa namanya, yang pasti Zaky harus dioperasi. Kakakku mencoba konsultasi dengan bagian khusus tulang. Tapi, Kakak dan kakak iparku belum mengambil keputusan tentang waktu yang tepat untuk Zaky menjalani operasi. Masih bingung, karena kakakku sendiri sekarang hamil 6 bulan. Dan kehamilannya kali ini sering lemas dan muntah. Aku tidak tega melihatnya, pasti kakakku sedih sekali. Disisi lain , Zaky baru saja menjalani operasi pengangkatan Amandelnya.

Aku sungguh takut jika Zaky dioperasi. Karena berhubungan dengan tulang dan sekitar lutut. Bagaimana sekolahnya dan butuh waktu berapa lama pasca operasi? Tapi bagaimanapun juga, Zaky harus dioperasi. Mungkin inilah jalan yang terbaik. Aku ingin sekali melakukan sesuatu untuk Zaky, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa berdoa dan berdoa. Semoga operasinya berjalan lancar dan segera pulih seperti sedia kala. Melanjutkan sekolahnya yang masih TK.#LotsOfLove

Mungkin, Allah mempunyai rencana lain untukmu. Semua orang menyayangimu, dan selalu mendoakanmu. Semoga setelah ini, kamu selalu sehat wal’afiat. Menjadi anak yang kuat dan tangguh. Aamiin....




Bintang, 09 Oktober 2014