Kamis, 22 Desember 2011

Cerpen "Comeback Pleaseeeeeeeee........"

“Triple S Saranghae SS501 Forever”, kumencoba mention Twitter keempat member SS501 yaitu Heo Young Saeng, Kim Kyu Joong, Park Jung Min dan Kim Hyung Jun. Meskipun kutahu tak akan mendapat balasan dari oppadeul tapi aku ingin melepas rasa rinduku kepada SS501 ini sedikit terkurangi. Sayang sekali Kim Hyun Joong Leader tidak mempunyai account Twitter.

Jam dinding kamarku sudah menunjukkan pukul 00.30 WIB, namun kumasih sibuk dengan dunia mayaku. Dunia maya yang membuatku menemukan banyak teman dan mereka kebanyakan Triple S. Tempat berbagi cerita, canda dan tawa. Dari dunia maya jugalah kumengenal SS501. Facebook adalah jejaring sosial yang sangat membantuku dalam mendapatkan berita terbaru tentang member SS501. Banyak Fan Page SS501 atau Triple S yang tiap harinya tak ketinggalan dalam mengupdate berita. Aku sangat berterima kasih sekali kepada para admin yang sudah berkorban banyak untuk para member Fan Page. Dengan sabar taged foto dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para member yang tidak paham dengan isi berita.

Tak terasa Hpku mulai panas, tanganku juga pegal. Mataku mulai merasa lelah menatap layar biru mungil dari Hp kesayanganku, yang selalu menemani hari-hariku. Sebelum ku memejamkan mata, kuputar lagu SS501 yang berjudul “Forever”, lagu yang begitu tenang namun kumerasa sedih setiap mendengarkannya. Rasa rinduku kepada SS501 semakin dalam hingga mataku mulai berkaca-kaca. Kuputar ulang hingga aku tertidur pulas. Tak jarang Hpku bernyanyi sampai pagi karena aku lupa mematikan musiknya.

“Greenpeas! Yah ini lampu Greenpeas. Warna yang kusuka dan ini adalah lampu dari Lighstick Triple S”, gumamku sembari mengucek-ucek mataku. Bingung karena aku dikelilingi orang-orang yang menyalakan lighstick berwarna Greenpeas dan semua orang bereriak memanggil “Oppadeulllll Saranghaeyo.......”. Kulihat panggung yang berjarak 5 meter dari tempatku berdiri. Kulihat diatas panggung ada 5 laki-laki yang sedang bernyanyi dan menari. Mereka adalah Kim Hyun Joong, Heo Young Saeng, Kim Kyu Joong, Park Jung Min dan Kim Hyung Jun. “OMO... apa aku ngak salah lihat ya”, bingung tak percaya. Mereka sedang membawakan lagu “Love Like This”, lagu SS501 pertama yang kutahu dan membuatku jatuh cinta pada mereka. Masih dengan rasa yang tidak percaya dengan semua yang kulihat kumencoba berteriak keras “Saranghaeyo Forever” dan seketika terjatuh, menyenggol Triple S yang berada didekatku. Mataku tiba-tiba gelap. Ketika kumembuka mata kurasakan sakit di punggung dan tanganku. “Kenapa aku tidur dibawah”, pikirku. Ternyata apa yang kulihat hanyalah mimpi.

“Aduh, punggungku jadi sakit”, keluhku sambil berjalan ke kamar mandi mengambil air wudhlu untuk menunaikan shalat Subuh. Tapi lumayanlah bisa lihat konser SS501 walaupun hanya lewat sebuah mimpi. Mimpiku seakan benar-benar nyata. Jarang sekali bisa memimpikan idola. “Oppadeul, aku akan selalu menunggumu”, lirihku dalam hati.

Hpku tiba-tiba berdering dengan alunan nada “I wanna be with you my love
Ha-neu-ra-rae yak-sso-kae-yo
Geu-dae-reul jji-kyeo-jul-kke-yo
Yeong-won-to-rok
I wanna love you forever
Bo-i-na-yo i-reon nae-ma-eum
Nae-gyeo-te su-meul-sswi-eo-yo
Yeong-won-to-rok geu-dael
Sa-rang-hae-yo
Sa-rang-hae-yo”
, lagu Forever – SS501 adalah nada panggilan di Hpku. Kulihat layar HP menunjukkan sebuah nama “Zizie memanggil”. Kusegera mengangkat telpon dari sahabatku sebelum lagu Forever habis. “Yeoboseo”, ada apa Zie!, jawabku. “Ah kamu Bint pakai yeoboseo-yeoboseo segala. Nanti jam 9 aku mau main kerumahmu ya”, jawabnya. “Oke, aku tunggu”, jawabku lagi sembari memutus telpon dari Zizie.

“Kamu kenapa Bint, kata Bapakmu tadi kamu masih tiduran aja”, tanya Zizie yang tiba-tiba masuk kamar. “Semalem aku mimpi sampai jatuh dari tempar tidur punggungku sakit nih”, jawabku lemas. Zizie yang mendengar penjelasanku justru menertawakanku. “Ah, kenapa kamu tertawa diatas penderitaan sahabatmu sendiri”, tanyaku kesal. “Hehehe, habisnya kamu kayak anak kecil aja mimpi sampai jatuh gitu”. “Yang penting kan aku bisa lihat konser SS501 walau Cuma mimpi”, terangku.

Aku dan Zizie bercanda dikamarku yang sempit. Sakit punggungku jadi terasa hilang. Zizie menanyakan kenapa aku tidak mengikuti acara Gathering Launching Album Lucky Kim Hyun Joong di Jakarta. Zizie sangat mengerti bahwa aku sangat mengidolakan Kim Hyun Joong karena dia adalah biasku. Ingin sekali datang ke acara ini namun jaraknya terlalu jauh dari Jogja dan tidak mendapat ijin dari Bapak. Waktu aku baru menjadi Triple S, Zizie yang menceritakan semua tentang oppadeul. Dia mempunyai semua koleksi DVD SS501 mulai dari Variety Show dan konser-konsernya. Cerita dari sahabatku ini semakin membuatku jatuh hati pada oppadeul yang sangat ramah dan baik hati.

Keheningan mulai tercipta, Zizie sedang sibuk membaca majalah edisi khusus SS501 yang ia ambil dari meja. Majalah yang sudah terbit beberapa bulan yang lalu namun tetap aku simpan. Aku ngemil sambil Facebookan. mencari berita terbaru SS501 dari Fan Page Facebook. Tanggal 18 Desember 2011 adalah ulang tahun Triple S kita semua menggunakan PP Greenpeas. Aku langsung mengganti PPku dengan Greenpeas. “Love my PP”, lirihku.

Semua Triple S sangat mengharapkan SS501 Comeback bersama lagi seperti dulu. Triple S sangat setia menunggu mereka bersatu lagi. Tak akan pernah berpaling atau meninggalkan karena hanya satu kesetiaan untuk SS501. Berita yang sedang heboh beberapa hari ini adalah SS501 akan comeback tahun 2012. Entah benar atau tidak tapi berharap semua ini nyata. Dan kami akan selalu berharap itu terjadi.

Aku sangat bangga menjadi bagian dari Triple S. Karena sifatnya yang aku rasa membuatku sangat nyaman menjadi Triple S. Triple S adalah Fans yang sangat setia. Walaupun oppadeul sekarang ini sedang vakum dan sedang bersolo karir namun kami Triple S selalu mendukung oppadeul dan yang pasti kami selalu setia menunggu SS501 cameback. Sifat Triple S selain setia adalah Cinta Damai karena Triple S tidak suka pertengkaran, keributan dan kami tetap menghargai artis lain walaupun tidak kami sukai.

Aku mencintai SS501 bukan hanya karena bakat yang mereka miliki. Namun aku juga sangat menyukai sifat-sifat dan kepribadian SS501. Menurutku oppadeul adalah panutan bagi kami. Mereka adalah artis yang memiliki banyak fans tetapi mereka tetap rendah hati, tidak sombong, saling menghargai dan sangat peduli dengan para fansnya. Setiap kumembaca fakta SS501 dan Triple S aku selalu meneteskan air mata keharuan karena sikap oppadeul sangat perhatian kepada Triple S. “SS501 akan selalu melingungi Triple S”, membuatku terharu. Ditambah lagi dengan persahabatan antara member SS501. Mereka sangat dekat, bercanda bersama bahkan bisa kubilang kedekatan mereka melebihi saudara kandung. Karena tak semua saudara kandung bisa dekat seperti kedekatan mereka.

SS501 dengarkanlah isi hati kami yang setia menunggu disini. Kami tak pernah merasa lelah ataupun bosan menunggu. Karena kesetiaan yang begitu besar maka kami akan selalu ada. Karena hanya kalian yang mampu memberikan kebahagiaan dan senyuman. Kami akan selalu menunggu kalian. Kami tak pernah meninggalkan kalian. Dan tak kan pernah terggantikan. Takkan terpisahkan.

SS501 adalah inspirasi dan semangatku. Musikmu selalu mengalir di aliran darahku, berdenyut disetiap denyut nadiku. Kau bagai mata air yang jernih dan menyegarkan. Selalu mengalir dan tak kan pernah berhenti. Suara gemercik dari mata air itu adalah musikmu yang berwarna dan akan selalu terdengar olehku. Musikmu selalu menemani hari-hariku. “SS501... comeback pleaseeeee......!!!!!!”

“Zie, ke Jogja yuk nyari DVD SS501”, ajakku. “Emang punggungmu udah sembuh”, sahutnya. “Entar juga sembuh sendiri, ayukkkkkkkk”, ajakku lagi. Setelah selesai bersiap aku dan Zizie segera meluncur ke Jogja menuju JL. Mataram. Disana lumayan banyak penjual DVD walaupun DVD SS501 sulit dicari. “Mas, DVD SS501 Variety Show dan konsernya ada ngak ya”, tanyaku. “SS501! Sebentar ya mbak, aku carikan dulu, jawab si penjaga Toko. Sembari menunggu aku dan Zizie melihat-lihat DVD yang dipajang di Toko itu. Zizie sibuk mencari DVD film Hollywood. “Maaf mbak DVD SS501 ngak ada”. “Ya udah mas makasih”, jawabku kecewa.

Diperjalanan pulang kuhanya terdiam kecewa karena tidak mendapatkan satu DVDpun. Sudah beberapa kali aku mencari tapi tidak pernah mendapatkannya. Kebalikan dari Zizie dia senang karena film yang ia cari sudah ada digenggamannya. “Zie, kamu tahu ngak tempat pembuatan sticker”, tanyaku sembari mengendarai motor. “Ngak tahu Bint, emang mau ngapain?’, tanyanya. “Aku ingin membuat sticker Triple S dan SS501 dipasang di motorku”, jawabku.

Kumengurangi gas motorku berjalan dengan pelan sembari mencari tempat pembuatan sticker barang kali ada dipinggir jalan. Tapi ternyata tak kutemui. “Bint, Bintang lihat deh motor depan itu”, ucap Zizie sambil menunjuk kearah motor itu. “Kenapa dengan motor itu”, tanyaku bingung. “Ya ampun Bint lihat dong dimotor itu ada sticker Triple S, mendingan nanya ma dia aja dimana buatnya”, jawabnya. “Wah iya tuh Zie, jadi makin pengen nih. Tapi aku ngak mau tanya, ngak kenal kan malu”, lirihku. Motor itupun belok kiri dan kamipun tak sejalan lagi. Aku langsung mengantar Zizie pulang kerumahnya.

Malam harinya seperti biasa Facebookan telah menjadi teman baikku setiap malam.
Setiap aku tidak bisa tidur maka Facebook dan musik adalah temanku. “Pengen deh kumpul-kumpul bareng dengan Triple S saat ulang tahun TS tanggal 18. Pasti asyik”, status FBku malam ini.  “Aku juga mauuu, tumben pinter xixixi...”, komentar dari Zizie. Disusul dengan beberapa TS Jogja yang setuju dengan statusku seperti eonni Yenli, Vivie, Elly, Meida dan lain-lain. “Lalu kita ngumpulnya dimana chingudeul?”, balasku. “Gimana kalau kita ketemuan di Pantai Parang Tritis aja”, komentar dari Meida. “Wah, ide yang bagus tuh”, jawabku.

Akhirnya tanggal 18 Desember aku dan beberapa TS Jogja akan berkumpul di Pantai Parang Tritis pukul 16.00 WIB. Sambil merayakan Ulang Tahun Triple S walau hanya acara ngumpul bareng. Aku senang sekali dan tidak sabar menunggu.

“Saengil chukkae hamnida Triple S. Semoga kesetiaan didalam diri kita akan selalu terjaga sampai kapanpun. Dan doa yang terpenting adalah semoga oppadeul SS501 secepatnya kembali bersama lagi dalam satu album dan satu panggung. Amin”, status FBku tepat pukul 00.00. Tanggal 18 Desember 2011 telah tiba. Hari yang special karena hari ini adalah ulang tahun TS dan acara Gathering akbar perilisan album Lucky – Kim Hyun Joong di Indonesia. Jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter diramaikan dengan dua berita ini. Ulang tahun Triple S dan acara Gathering menjadi Trending Topik di Twitter.  Tak lupa aku mention ke empat member SS501 dengan kalimat yang sama. “Triple S Birthday. We hope SS501 comeback together again. Saranghaeyo #6thTRIPLES”.

Hari Minggu sore telah menyapa. Segera kubersiap-siap dan mengaca disebuah cermin akupun langsung mengambil tas kecilku berwarna hijau tua lalu pergi menghampiri Zizie untuk rencana kemarin berkumpul dengan teman-teman TS. Sesampainya disana ternyata aku dan Zizie yang paling akhir datangnya. Kita menyapa mereka dengan akrab meskipun ada rasa malu karena ini adalah pertama kalinya bertemu dengan teman-teman Facebook. Tak perlu memakan waktu yang lama, kita semua langsung akrab seperti saudara. Berkumpul ditepi Pantai ditemani dengan semilir angin yang sepoi-sepoi. Terlihat beberapa anak kecil bermain layang-layang. Suara deburan ombak yang sangat kencang. Tempat yang  sangat nyaman kitapun bersenda gurau disana. Duduk dengan beralaskan tikar sederhana. Dan tersedia makanan kecil yang telah kita siapkan sebelumnya.

Meida mengeluarkan Laptop dari dalam tasnya. “Kita nyanyi bareng-bareng lagu Snow prince yuk”, ajaknya. “Oke”, sahut secara bersamaan. “Tunggu dulu, aku lupa liriknya nih”, lirih Vivi dengan wajah polosnya. “Ya udah kamu pakai ini aja Vi”, sahut eonni Yenli sembari memberikan Hpnya yang sudah ada lirik lagunya. Setelah semua siap kamipun bernyanyi bersama-sama tentu saja diiringi dengan suara oppadeul SS501 dari Laptop Meida. Tak disangka ternyata banyak pengunjung yang sedang bersantai ria mereka memperhatikan kami. Kami hanya bisa tertawa geli karena malu.
“Sekarang kita ngedance Reff lagu A Song Calling For You yuk yang agak mudah”, ajak Elly. “Tapi banyak yang memperhatikan kita tadi”, jawabku ragu. “Santai saja Bint, yang penting kita disini have fun”, sahut Zizie.

Menari bersama Triple S sesuatu yang belum pernah kulakukan sebelumnya. Akupun menyetujuinya walaupun aku tak bisa menari. Dengan tarian yang sedikit kocak justru orang-orang yang melihatnya terhibur. Selesai menari kita semua makan cemilan yang telah kita beli sebelumnya. Dengan keakraban kita saling bercerita tentang awal pertama menjadi Triple S. “Ternyata aku disini Triple S Junior ya”,  tanyaku lugu. “Ngak masalah Bint, yang penting kita selalu mendukung SS501”, jawab Yenli.

“Saengil Chukkae Hamnida Triple S. We hope SS501 comeback soon. One Heart Forever”, secara serentak kami ucapkan untuk semua Triple S dengan bersulang.






^__^ Never Ending Coz S'lalu ada cerita tentang kita ~__^



NB      : Special untuk oppadeul SS501 dan Triple S yang sedang ulang tahun tanggal 18 Desember 2011  #6thTRIPLES. Doaku semoga SS501 secepatnya kembali bersama lagi dalam 1 album, dan 1 panggung. Tertawa, bercanda dan menangis bersama. Tetaplah menjadi inspirasi bagi Triple S. SS501 dan Triple S tetaplah seperti ini dan jangan berubah  tetap ramah, setia, rendah hati, tidak sombong dan cinta damai.

“SS501 &  Triple S Be One Heart Forever”
Saranghaeyo Yeongweonhi




By : Bintang (17 Desember 2011)

Sabtu, 12 November 2011

Ibu & Ayah Pahlawan Sejati

"Kanker"


Kanker adalah suatu penyakit yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Sudah berapa saja korban meninggal karenanya. Namun semakin hari semakin banyak korban yang mengidap penyakit mematikan ini. Penyakit yang menyiksa dan menuntut kesabaran dalam menghadapinya.

Aku tak pernah bermimpi sebelumnya, tak pernah menyangka bahwa Ibuku yang sangat aku sayangi divonis Dokter mengidap Penyakit ganas ini. Hati ini tersayat perih saatku mendengar tentang hal ini. Semenjak itu aku sangat membenci Kanker. Aku sadar ini adalah bagian dari ujian yang diberikanNya untuk Ibu dan juga keluarga. Setelah membaca Blog Kak Rheza Christian http://gayot.posterous.com <Penuh Inspirasi dan Motivasi> aku menyadari bahwa kanker bukan untuk dibenci namun kanker dihadapi dengan keikhlasan hati. Walaupun rasa benci terhadap kanker itu masih ada terselip jauh didalam lubuk hati.

Waktu itu ponakanku baru berumur beberapa bulan. Dan dimalam Tahun Baru 2010 Ibu dioperasi untuk pengangkatan Kanker dan juga Rahimnya. Aku hanya bisa diam dirumah bersama kakakku yang diselimuti air mata kecemasan. Rasa akan takut kehilangan menggelayuti hatiku. Kuhanya bisa memanjatkan doa kepadaNya semoga Allah memberikan kesembuhan dan umur panjang.

Keesokan harinya setelah Ibu dioperasi aku pergi ke Rumah Sakit. Kucium tangannya dengan uraian air mata. Walau sebenarnya aku tak ingin menangis dihadapan Ibu. Ibu berbisik “Sakit dek”, dengan suaranya yang lemah. Hatiku terasa sakit bagai disayat pedang. Kuterdiam cukup lama tak sanggup bibir ini berkata-kata. “Ibu harus semangat”, hanya itulah yang bisa aku ucapkan kepada Ibuku. Aku bukan orang yang pandai menghibur, aku bukan orang yang pandai mengekspresikan perasaaku. Yang aku yakini adalah Do’a. Slalu mendoakan untuk kesembuhannya dan memberikan semangat untuknya.

Ketika kumelihat raut wajah Bapakku, aku merasa tak kuat menatapnya. Tak kuasa melihat air matanya. Bapak yang sangat mencintai Ibu dengan sabar selalu ada disamping Ibu. Aku sedih, sedih karena tak bisa menemani Ibu, tak bisa menjaganya karena aku harus menjaga usaha orang tuaku dimana usaha kecil itu adalah mata pencaharian orang tuaku. Tangisku meledak begitu aku keluar dari ruangan Ibu dirawat. Tak terbendung, tak bisa kutahan lagi. Inginku menjerit namun hanya bisa didalam hati.

Didalam masa Kemoterapinya itu lebih menyakitkan daripada setelah operasi. Ibu yang sering muntah. Rambutnya yang mulai memutih, helai demi helai rambutnya rontok. “Ya Allah, tabahkanlah hati kami untuk menjalani semua ini”, doaku.
Dalam masa kemoterapi Ibu mengkonsumsi minuman dari Herbal. Mencari informasi kesana kemari untuk mencari obat untuk Ibu.

Tiap malam ada beberapa tetangga yang datang menengok Ibu dan memberikan support. Bahkan ada yang menginap dirumah untuk ikut menjaganya. Mereka tidak mau tidur didalam rumah justru mereka tidur diteras rumah. Aku sangat terharu dengan mereka yang mempunyai solidaritas tinggi. Bapak-bapak rela kedinginan dan digigitin nyamuk-nyamuk nakal. Sedangkan yang Ibu-ibu menemani Ibu dikamarnya. Ibu tidak mau di rawat di Rumah Sakit lagi. Beliau mau menggunakan oksigen itupun karena di bujuk oleh Pak Dheku.

Perut Ibu yang semakin membesar membuat beliau tidak bisa bergerak enak. Karena semenjak dioperasi beliau terbaring diatas tempat tidur. Kalaupun berjalan harus dibantu. Punggung bagian bawah sudah lecet-lecet parah. Jika ingin tidur posisi miring harus dibantu mengangkatnya dan harus sering dikipas supaya lecet tidak bertambah parah.

Tiap malam Ibu tidak bisa tidur nyenyak karena sakit ditambah cuaca panas. Aku dan Bapak selalu disamping Ibu memegang kipas yang terbuat dari kulit bambu. Disaat keringat bercucuran aku mengipasi punggung Ibu secara pelan-pelan. Kadang bergantian dengan bapak atau kakakku. Setiap habis Shalat Maghrib tetanggaku datang. Ibu-ibu langsung menuju kekamar Ibu dan bilang kepadaku “tidurlah istirahat biar kami yang menjaga Ibumu, nanti kalau kami pulang akan kami bangunkan”. Walaupun mereka menyuruhku tidur dan mata terasa hanya tinggal 5 Watt saja tapi mata ini enggan untuk tidur. Aku sangat bahagia teman-teman Ibu yang dari kecil selalu menemani Ibu dan kadang mereka bercerita tentang jaman dulu. Karena cinta dan semangat dari berbagai pihak Ibu mampu bertahan. Yang kulihat semangat beliau memang tinggi sekali. Aku sangat bersyukur mempunyai Ibu seperti beliau.

Suatu hari ada seorang Ibu-ibu menyarankan supaya Ibu dibawa ke pengobatan alternatif. Karena Bapakku yang sudah kesana kemari mencari obat untuk Ibu tidak kunjung sembuh juga Bapak langsung menerima saran itu. Sore harinya kita kesana dan Ibu diobati. Sesampainya disana aku merasa aneh dengan tempat itu tidak tahu apa sebabnya. Bukan hanya aku saja yang merasa aneh tetapi tetanggaku yang ikut mengantar Ibu juga berfikiran sama denganku. Tapi aku coba hilangkan semua pikiran-pikaran itu dan niat mencari obat untuk Ibu.

Keesokan paginya aku berangkat kerja. Sebenarnya tidak ingin berangkat tetapi Ibu menyuruhku tetap berangkat. Sekitar pukul 10.00 Wib aku ditelpon disuruh pulang secepatnya Ibu drop lagi. Aku segera pulang dengan kaki yang lemah tuk melangkah. Rasa takut kehilangan muncul lagi dalam benakku. Dirumah sudah banyak orang itu membuatku semakin takut. Yang ada dalam pikiranku saat itu hanyalah ada apa dengan Ibuku?

Kondisi Ibu sangatlah lemah. Beliau benar-benar menyerah waktu itu. “Ikhlaskan, aku sudah tidak tahan”. Aku langsung memeluk Ibu erat meminta maaf atas segala kesalahan yang kuperbuat padanya. Dan bilang “Istighfar bu, Ibu ngak boleh bicara seperti itu”. Bapak juga menuntun Ibu untuk membaca Istighfar dan alhamdulillah Ibu bisa mengikutinya.



"Keajaiban"


Malam harinya Bapak mengundang beberapa orang untuk berdzikir. Aku menjaga Ibu dan beberapa Ibu-ibu yang datang. Kakakku dikamarnya menidurkan anaknya. Bapak bersama Bapak-bapak lain diruang ibadah. Semua berdzikir dan berdoa. Tanganku sibuk dengan kipas yang kupegang namun bibirku dan hati berdoa kepada Allah SWT. Ditengah-tengah bacaan Istighfar tiba-tiba mata Ibu terbuka. Tahukah apa yang terjadi? Subhanaallah, Ibu sadar, yang tadinya terbaring lemah tersadar dengan mata yang sangat bening, mampu berbicara seakan tak terjadi apa-apa, bersenda gurau dengan para tetangga. Subhaallah (Maha Suci Allah). Allahuakbar (Allah Maha Besar). Aku benar-benar menyaksikan keajaiban dari Allah didepan mataku sendiri. Doa dari orang-orang tercinta menguatkan Ibuku yang sedang lemah. Air mata kebahagiaan yang menetes dipipiku. Aku tersenyum seakan aku bermimpi dan tak ingin terbangun dari tidurku. Namun ini bukan mimpi, ini adalah kenyataan yang saksinya aku sendiri.
Doa, cinta dan semangat dari keluarga dan teman-teman membuat Ibuku kuat menjalani ujiannya. Allah Maha Besar.



"Keikhlasan"


Wajah Ibu lebih segar dari pada hari kemarin. Ibu kondisinya masih kritis tapi hanya dirawat dirumah karena Ibu tidak mau lagi dirawat di RS. Aku yang tidak ingin masuk kerja tetapi Ibu memintaku untuk tetap berangkat. Akhirnya aku berangkat kerja. Bekerja tanpa digaji. Berangkat hanya ingin memperjuangkan hak orang-orang yang menjadi korban kesalahan Sistem Perusahaan.

Kira-kira Pukul 10.00 Wib aku mendapatkan sms / telpon dari kakakku. Dia bilang Bapak kecelakaan saat mengambil Tabung Oksigen untuk Ibu. Seketika aku langsung memeluk temanku yang sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri. Aku menangis dan temankupun menangis. Aku segera pulang. Kakiku seakan tiada kekuatan, tanganku yang tak kuat menarik gas motorku. Sejenak ku tenangkan pikiranku mengumpulkan tenaga. Sesampainya dirumah aku langsung menuju kamar Ibu, sayup-sayup pucat terlihat dari wajah Ibuku. Hampa dan kosong. Itulah yang Ibu rasakan waktu itu setelah mengetahui Bapak kecelakaan.

Ku bergegas ke Rumah Sakit menjenguk Bapakku. Kumelihat Bapak menangis saat melihat kedatanganku. Begitu juga aku. Ku cium tangan Bapak yang luka-luka dan berdarah. Tenggorokanku hanya mampu memanggil Bapak... bapak.

“Ikhlas dan Sabar dek, Allah sedang menguji kita”, itulah kalimat yang kudengar dari Bapakku sembari menangis sendu.
Seharusnya aku yang menguatkan Bapak namun kebungkamanku membuat Bapakku tak tahan diam. Beliau berusaha menguatkanku supaya mampu menjalani semua ini dengan sabar dan ikhlas.

Kecelakaan membuat kaki Bapak harus dioperasi dan diopname di RS. Ibu menjadi hampa dan kosong, tiada semangat lagi. Ibu yang kondisinya sudah lemah ditambah memikirkan kondisi Bapak. Setelah Bapak pulang, aku lihat keadaan Ibu semakin lemah. Matanya terlihat kosong, bahkan kadang tidak mengenaliku. Berbicara tentang sesuatu yang tidak aku mengerti. Yang biasanya Ibu berdzikir kenapa sekarang tidak. Tangan kirinya sering diangkat keatas dan tiba-tiba dibanting kekasur. Aku bingung melihat Ibuku. Beberapa hari seperti ini. Yang aku lihat Ibu menyimpan suatu amarah yang hanya tertahan didada. Bingung dengan semua keadaan. Yang kutakutkan adalah Ibu kehilangan keyakinannya. Aku ingin Ibu membaca Istighfar lagi. Aku ingin Ibu mendengarkanku mengaji. Kubaca Surat Yaasin, dan Ibu selalu dituntun Bapak untuk selalu membaca Istighfar. Namun hanya mampu 3x membacanya kemudian diam dengan tatapan kosong. “Ya Allah, lindungilah Ibuku”.
Bapak meminta tolong kepada seorang Ustadz untuk datang kerumah dan membaca Surat Yaasin bersama-sama. Ustadz tersebut memberikan pencerahan kepada Ibu dan juga semua keluarga. Dan kita harus ikhlas apapun yang akan terjadi karena semua yang ada didunia akan kembali kepada Sang Pencipta.

Selang 5 hari setelah Bapak pulang dari RS kenyataan yang harus aku terima adalah Ibu meninggal dunia. Waktu itu aku menemani Ibu kira-kira sampai jam 3 pagi setelah itu aku pindah ke kamarku untuk tidur karena sudah tidak kuat menahan rasa kantuk. Sewaktu aku bangun dari tidurku aku bingung seperti orang linglung. Berjalan perlahan dan bingung mengapa banyak orang diluar? Mengapa tempat tidur Ibu dipindah posisinya? Ada apa dan kenapa? Aku tersadar setelah melihat Jenazah Ibuku ditutupi kain sekujur tubuhnya. Aku benar-benar tidak percaya dan melihat kakekku datang menangis disaat itulah aku harus siap menerima kenyataan ini. Aku ikhlas Ibu menghadap Allah SWT. Dan aku bahagia karena Ibu meninggal dalam keadaan yang sangat tenang.
Ya Allah, terimalah Ibu disisimu, ampunilah segala dosa-dosanya, selamatkanlah dari siksa kuburnya, jauhkanlah dari Neraka dan berikanlah Surga yang Indah. Allahumma Amin. . . .



"Kesabaran yang tidak terbatas"


Beberapa hari kemudian setelah Ibu meninggal, Bapak merasakan sakit di bahu dan kakinya akibat kecelakaan. Lutut yang sudah disedot cairannya justru semakin parah, memar, biru dan membesar. Selalu dikompres memakai Es Batu tapi tak ada perubahan sehingga Bapak harus dirawat di RS khusus tulang yang ada di Solo. Bahu Bapak ternyata harus dioperasi dan dipasang Platina sedangkan kakinya bagian lutut juga harus dioperasi lagi.


Alhamdulillah, akhirnya Bapak pulang setelah beberapa hari dirawat di RS. Sampai dirumah Bapak langsung Sujud Syukur sembari berdo’a  dan menangis. Akupun tak kuat menahan air mataku. Aku terharu, aku bahagia dan juga sedih menjadi satu.
Aku belajar banyak dari orang tuaku. Pengalaman ini sungguh luar biasa untukku dan akan kujadikan motivasi dan inspirasi untuk melanjutkan langkah kehidupanku.
Aku ingin menjadi orang yang mempunyai kesabaran tidak terbatas, iklhas dan selalu bersyukur apapun itu. Karena dengan ketiga hal ini akan mempermudah apa yang aku temui disetiap langkahku.


Merenung Sejenak  :


Ini adalah kisah nyataku. Walaupun aku menulisnya tidak bisa sempurna. Ujian yang mengajarkan aku banyak hal. Memberikan pengalaman berharga dalam hidupku. Ini memang pedih, perih dan sedih namun aku tak ingin melupakan semua ini. Karena aku akan menyimpannya dalam memory. Aku tak ingin memory itu hilang karena aku ingin menyimpannya dihatiku..

Memory sedih akan membuatku mengingat bahwa hidup tak selalu berjalan dengan apa yang kita inginkan. Dan Ujian akan membuatku mengintrospeksi diri supaya bisa menjadi orang yang lebih baik lagi. Menyadari bahwa masih banyak orang-orang yang lebih menderita dari kita. Bukan berarti larut dalam kesedihan. Karena jika kita larut dalam kesedihan hanya akan membuat kita tak mampu menggapai masa depan kita. Tak akan ada semangat sama sekali. 
Yakin bahwa Allah memberikan ujian hidup karena Allah menyayangi kita. Bersyukur atas apa yang Allah berikan apapun itu bentuknya.

Memory yang indah akan menghiburku disaat aku sedih. Dengan mengingatnya pasti akan ada sebuah senyuman bahagia.
Maka dari itu aku tak ingin kehilangan memory. Aku suka heran kalau ada beberapa teman Facebooku yang pernah membuat status “Aku ingin hilang ingatan”. Reason why? Bukankah hidup tanpa memory itu hampa? Apa mungkin jika memory mereka hilang akan bahagia? Mungkin saja penyesalan yang akan ditemui. Karena apa? Kalau menurutku Memory itu bagian dari hidup. Dia menyatu didalam tubuh kita, hati kita. Memory sangat berhubungan dengan perasaan. Disaat kita ingat sesuatu yang membuat kita sedih pasti kita akan menangis. Tapi disaat kita ingat tentang kebahagiaan akan terseyum senang. Inilah hidup ada suka ada duka. Semua sudah ada yang mengaturnya. Apa karena kita sedih lalu kita ingin kehilangan sebagian memory? Memory ini pelajaran hidup kita yang akan membantu kita dalam menentukan laju langka kita.
Aku memang bukan orang yang mengerti tentang hal ini, tapi yang aku rasakan aku tak ingin kehilangan memory begitu saja. Kubiarkan memory itu selalu melekat di lubuk hati dan ingatanku dan semoga akan membawaku kearah yang lebih baik lagi.




"Ibu"


Ibu. . . .
Engkaulah Pahlawan Sejati.
Yang tak pernah mengharap balasan atas apa yang kau beri.
Selalu menyayangi kami.
Setulus hati.

Ibu. . . .
Kami bukan anak yang baik dan patuh kepadamu.
Namun engkau tetap mengajari kami setulus hatimu.
Engkau adalah Guru kami.
Yang selalu mendidik kami sepenuh hati.

Ibu. . . .
Ketika engkau menghadapi kami yang egois ini.
Engkau tetap memberikan senyum manis.
Ketika kami mengatakan “Nanti saja atau tidak mau”.
Engkau selalu sabar menunggu.

Ibu. . . .
Kami belum pernah membanggakanmu.
Namun engkau selalu memberikan semangatmu.
Kami belum pernah membahagiakanmu.
Maafkan kami Ibu.

Ibu. . . .
Maafkanlah kesalahan kami.
Yang kadang memberimu rasa sakit dihati.
Maafkanlah dosa-dosa kami.
Yang tidak mendengarkan saat kau memberi nasihat kepada kami.

Ibu. . . .
Kami sangat mencintaimu.
Terima kasih atas pengorbananmu yang luar biasa.
Engkau adalah perempuan hebat.
Terima kasih atas semua yang engkau berikan.
Sungguh, kami takkan pernah bisa membalasnya.

Ibu. . . .
Kini kita terpisah jauh.
Engkau sudah tenang disisiNYA.
Dan kami hanya bisa mengirim Do’a.
Semoga engkau tenang dialam sana.
Selamat dari siksa kubur dan neraka.
Semoga engkau mendapatkan Surga yang indah dariNYA.
Allahumma Amin. . . .


~^~


"Ayah"


Ayah. . . .
Engkau adalah laki-laki perkasa.
Yang berkorban demi keluarga.
Membanting tulang siang dan malam.
Memeras keringat untuk mencari Rizky dariNYA.

Ayah. . . .
Engkau tak pernah mengenal kata lelah.
Selalu semangat dan ikhlas dalam menunaikan kewajiban sebagai pemimpin keluarga.
Engkau selalu memberikan yang terbaik untuk kita semua.

Ayah. . . .
Engkau mendidik kami dengan sentuhan lembut Ilmu Agama.
Mengajarkan kami mengaji dan berdo’a.
Menuntun kami dengan rajin Beribadah.
Mengajarkan kami untuk bersedekah.

Ayah. . . .
Disaat Allah memberikan ujian kepada kita.
Engkau ajarkan kami tentang kesabaran dan keikhlasan.
Ketika kami tak merasa puas dengan apa yang kita punya.
Engkau selalu mengajarkan kami untuk pandai Bersyukur kepadaNYA.

Ayah. . . .
Begitu banyak yang kau ajarkan pada kami.
Namun terkadang kami tak menuruti.
Begitu banyak ilmu yang kau beri.
Walau terkadang kami mengabaikan semua ini.
Maafkanlah kami.

Ayah. . . .
Kami sadar atas kekurangan kami.
Yang tak bisa membuatmu bangga terhadap kami.
Walau engkau tak pernah mempermasalahkan tentang hal ini.
Namun, kami akan selalu mencoba melaksanakan kewajiban kami..

Ayah. . . .
Kami sangat mencintaimu.
Terima kasih untuk semua pengorbanan yang engkau berikan.
Maafkanlah atas segala kesalahan kami kepadamu.
Selalu tuntun kami untuk selalu dijalanNYA.

Ayah. . . .
Kami berharap suatu saat bisa membuatmu bangga dan bahagia.
Kami akan selalu berusaha untuk bisa melakukannya.
Kumohon restu darimu Ayah. . . .

Ayah. . . .
Semoga Allah memberimu umur panjang dan kesehatan.
Dimudahkan dalam mencari RizkyNYA.
Dan cita-cita Ayah tercapai.
Amin Ya Rabb. . . .


~^~


"Ibu Dan Ayah"


Wahai Ibu dan Ayah.
Orang tua yang berhati mulia.
Yang berkorban demi anak-anaknya.
Tak pernah mengharapkan balasan atas semuanya.

Ibu, Ayah. . . .
Terima kasih karena telah merawatku dengan baik.
Memberikan Ilmu yang berarti untukku.
Mendidikku dan membesarkanku dengan ketulusan.
Mencintaiku dengan sepenuh hati.

Ibu, Ayah. . . .
Engkau mengajariku
Kesabaran, Keikhlasan, Ketulusan
Keberanian, Kejujuran
Dan selalu bersyukur

Ibu, Ayah. . . .
Engkau mengajarkanku
“Lebih baik tangan diatas dari pada tangan dibawah”
“Lebih baik memberi dari pada menerima”
“Tangan kanan memberi, tangan yang lain jangan sampai ada yang tahu”
Semoga aku bisa mencontoh semua itu.

Ibu, Ayah. . . .
Aku bahagia diasuh olehmu.
Aku sangat bangga mempunyai orang tua sepertimu.
Walau aku belum bisa membuatmu bangga akan diriku.
Namun aku sangat mencintaimu.

Ibu, Ayah. . . .
Begitu berharga ilmu yang engkau berikan.
Tak akan pernah aku lupakan.
Semua itu adalah bekal untukku mengarungi samudera kehidupan.
Sebagai tombak dalam melewati terjalnya jalan.

Ibu, Ayah. . . .
Maafkanlah segala khilaf dan dosaku.
Jika ada percikan lara dihatimu.
Maafkanlah semua salahku.
Yang tak kusengaja ataupun kusengaja.

“Ya Allah ampunilah dosa-dosaku dan kedua orang tuaku, kasihanilah keduanya sebagaimana mereka mengasihani aku sejak kecil”
Amin . . .




Orang tua adalah orang tua yang sangat luar biasa hebat. Mereka mengorbankan segalanya untuk kita anak-anaknya. Seorang Ibu yang mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan kita kedunia. Seorang Ayah yang mengorbankan tenaganya untuk menghidupi kita. Tiada pernah mereka mengeluh. Tiada pernah mereka meminta kita untuk memberikan ganti atas apa yang mereka berikan kepada kita. mereka sangat menyayangi kita.
Aku kehilangan seorang Ibu yang sangat berjasa dalam hidupku. Kuhanya mempunyai satu kesempatan untuk membuat Bapakku bahagia. Semoga Allah memberikan waktu itu untukku dan segera mewujudkannya.

Sobat, begitu banyak pengorbanan orang tua untuk kita. Jangan pernah sia-siakan mereka. Jangan pernah sedikitpun mempunyai pikiran untuk membenci mereka. Disaat  kita berbeda pendapat dengan orang tua kita bicaralah dengan penuh kehati-hatian jangan buat mereka tersinggung ataupun terluka. Karena sesungguhnya mereka ingin memberikan yang terbaik untuk kita. Mungkin kita pernah menyakiti orang tua kita namun marilah kita melaksanakan kewajiban kita yaitu berbakti kepada mereka. Jangan sampai rasa sesal kita temui.



=> Ku kutip dari sebuah buku Abu Firly Bassam Taqiy yang berjudul “Agar Allah Selalu Memberi Jalan Keluar”

Allah berfirman :
            “Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepadaNYA; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua”, (QS. Al-Isra’ : 23)

Allah telah meletakkan keridhaanNya pada keridhaan orang tua.
Rasul Bersabda :
            “Keridhaan Allah bergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan Allah, bergantung pada kemurkaan kedua orang tua”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Merenung Sejenak!

Nak, kesini mendekatlah....!
Nak, ketika aku sudah tua, aku bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku.
Ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu, ingatlah bahwa dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku terus mengulang kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar, bersabarlah mendengarnya, jangan memutus pembicaraanku. Bukankah ketika kau kecil, ibu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.

Keika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku. Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi.

Ketika aku tak paham sedikitpun teknologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku. Pikirkan bagaiman aku dahulu aku begitu sabar menjawab setiap pertanyaan “Mengapa” darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku, seperti aku memapahmu saat kau berjalan berjalan sewaktu kecil.

Ketika aku harus terlupa dengan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingatnya. Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disampingku dan mendengarku aku sudah puas.

Ketika kamu memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka. Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu belajar menjalani kehidupan.

Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku menjalani sisa hidupku. (=รจ Ku kutip dari sebuah buku Abu Firly Bassam Taqiy yang berjudul “Agar Allah Selalu Memberi Jalan Keluar”)





By : Bintang (11/11/2011)

Minggu, 25 September 2011

Cerpen "Menggapai Mimpi"

"Terus... Terus. Stoppp...", Seorang tukang parkir memberikan aba-aba sambil memainkan peluitnya.
Ditengah panas terik Matahari yang bersinar, Saskia tetap semangat dalam melakukan pekerjaannya. Saskia adalah anak perempuan yang pekerja keras, dan tidak malu bekerja sebagai Tukang parkir. Meskipun dia cacat, hanya memiliki kaki sebelah kanan saja Saskia tidak pernah menyerah. Saskia mengalami kecelakaan tabrak lari. Dia ingin membantu Ibunya untuk membelikan obat karena Ibunya sakit-sakitan.
Saskia selalu mencari uang untuk makan sehari-hari karena Ayahnya sudah meninggal membuat dia menjadi tulang punggung keluarga. Dia ingin sekali bisa sekolah SMA namun terhalang karena tidak mempunyai biaya. Tak jarang Saskia di ejek, dihina oleh tetangganya. Namun Saskia tidak marah kepada mereka. Saskia membalas hinaan itu dengan senyuman. Dia tetap bersyukur atas apa yang diberikan Allah kepadanya.
Beruntung setelah kecelakaan ada seorang kakek-kakek membuatkan kaki pasangan untuknya. Kakek itu memang sering membuatkan kaki pasangan untuk penyandang cacat. "Apapun kondisimu selalu bersyukurlah kepada Sang Pencipta karena dengan selalu bersyukur hidupmu akan lebih mudah untuk dijalani", pesan si Kakek kepada Saskia waktu itu.
Diperjalanan pulang tiba-tiba Saskia berhenti disebuah Apotik untuk membelikan obat Ibunya. Setelah membeli obat untuk Ibunya, Saskia tidak sengaja menabrak seorang perempuan cantik. Dia adalah Keila. “Maaf mbak ngak sengaja”, lirih Saskia. Keila marah-marah kepada Saskia dan disaat pergi dia sengaja menyenggol bahu Saskia hingga iapun terjatuh. “Kamu ngak apa-apa kan?”, tanya seorang pemuda sembari menolong Saskia. “Iya, terima kasih”, jawab Saskia lalu pulang kerumahnya dengan kakinya yang pincang.
"Assalamu'alaikum", Sapa Saskia ketika pulang kerumah. "Wa'alaikumsalam", jawab Ibunya. "Ibu, Saskia beli obat untuk Ibu, diminum ya Bu", pinta Saskia dengan suara lembutnya. Ibupun langsung meminum obatnya. Selesai minum obat, Ibu memandangi wajah puterinya. Air matanya langsung menetes deras. "Kenapa Ibu menangis", tanya Saskia khawatir. "Maafkan Ibu ya, harusnya Ibu yang mencari uang untuk kebutuhan kita", kata Ibu. "Ibu jangan bilang seperti itu, meskipun Saskia cacat tapi aku bahagia bisa membantu Ibu. Karena hanya ini yang bisa aku lakukan", jawab Saskia sembari memeluk Ibunya.
Disaat malam tiba, Saskia melukis dikamarnya dengan lampu yang tidak begitu terang. Cita-citanya ingin menjadi Pelukis. Malam ini Saskia ingin lukisannya selesai. “Alhamdulillah, selesai juga lukisanku”, gumam Saskia sembari memberi nama dan tanda tangan di kertas lukisannya bak pelukis terkenal. Diapun segera memasang lukisannya didinding ruang tamu.
Keesokan harinya Saskia bekerja seperti biasanya. Memberikan aba-aba kepada para pengemudi mobil di area Super Market. “Terima kasih ya mbak”, ucap seorang pemuda dengan senyum ramahnya sembari memberikan uang untuk Saskia. Saskia berterima kasih kepada pemuda itu dan tak lupa diapun tersenyum. Hari sudah malam, waktunya Saskia pulang. Ditengah perjalanannya, Saskia bertemu dengan laki-laki yang sedang mabuk. Mereka mengganggu Saskia dan diapun berteriak minta tolong. “Jangan ganggu dia”, gertak seorang pemuda. Namun para pemabuk itu tidak mempedulikannya, sehingga mereka berkelahi. Akhirnya mereka bisa melarikan diri dari para pemabuk itu. Saskia dan pemuda itu lari dengan terengah-engah. Setelah jauh berlari mereka berhenti sejenak untuk mengatur nafas. “Terima kasih banyak, kamu sudah 2 kali menolongku”, tutur Saskia. “Sama-sama, kenalkan namaku Rendi. Namamu siapa?”, tanya pemuda itu. “Namaku Saskia”, jawab Saskia.
Akhirnya Saskia diantar pulang oleh Rendi. Melewati gang yang sempit merekapun sampai dirumah Saskia. Ibu Saskia meminta Rendi untuk masuk kedalam dan dibuatkannya Teh hangat. Ibu sangat berterima kasih kepada Rendi karena telah menyelamatkan puteri semata wayangnya. Secara tidak sengaja Rendi melihat sebuah lukisan yang menempel didinding ruang tamu. Rendi segera mendekatinya dan dia sangat menyukai lukisan Lumba-lumba itu.
“Maaf, ini lukisanmu ya”, tanya Rendi kepada Saskia. “Iya, itu lukisanku yang baru selesai tadi malam”, jawabnya. Karena Rendi penasaran dengan lukisan itu, Rendipun bertanya mengapa Saskia melukis Lumba-lumba. “Karena aku suka Lumba-lumba, meskipun mereka Binatang namun jiwa penolongnya sangat tinggi. Yang belum tentu dimiliki oleh setiap orang. Lukisan ini aku persembahkan untuk seorang kakek yang telah menolongku membuatkan kaki pasangan ini sehingga aku bisa berjalan walaupun tidak sempurna”, jawab Saskia. Saskia juga menceritakan tentang cita-citanya ingin menjadi Pelukis.
Rendi sangan kagum dengan Saskia meskipun dia cacat, tetapi keterbatasannya tidak membuat dia terpuruk justru membuat dia ingin bisa berkarya dan mewujudkan cita-citanya. “Kalau boleh, lukisan ini aku ikutkan di Pameran Lukisan ditempat temanku gimana? Kebetulan temanku akan membuat acara pameran, jadi lukisanmu bisa dititipkan disana  mungkin ada orang yang tertarik dengan lukisanmu”. Saskia setuju dengan saran Rendi. Rendi membawa lukisan itu untuk dititipkan dipameran.
Tiga hari kemudian Rendi menemui Saskia ditempat kerjanya. Rendi mengajak Saskia untuk menghadiri pameran yang akan dimulai besok pagi. Berhubung besok hari Minggu, Saskia libur dan ia menyetujui ajakan Rendi.
Pameran lukisan telah dibuka. Hari semakin siang dan semakin banyak pengunjung yang datang. Saskia berjalan mengelilingi seluruh ruangan yang penuh dengan lukisan indah. Semua orang memandang Saskia. Diapun merasa semua orang sedang memperhatikannya. Namun Saskia tetap berjalan dan tersenyum kepada orang yang ia temui meskipun banyak yang bersikap sinis kepadanya.
Ada sebuah lukisan yang sedang dilihat oleh beberapa orang. Mereka sangat menyukai lukisan itu. Keila yang datang kepameran itu ingin membelinya. Dan lukisan itu diperebutkan oleh tiga orang yang ingin membelinya. Rendi dan temannya yang mempunyai acara tersebut datang dan menjelaskan tentang lukisan itu. Keila kaget saat melihat Rendi ada disana. “Kamu ngapain disini Ren”, tanya Keila. “Aku menemani temanku dia  yang membuat lukisan ini”, jawabnya.
Rendi mencari Saskia dan mengajaknya ketempat lukisannya dipajang. Beberapa orang telah menunggunya. Semua orang memandang kearah Saskia. “Keila, ini Saskia yang membuat lukisan itu”, Rendi menjelaskan. Keila terkejut dan tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh Rendi. Rendi menjelaskan bahwa itu memang benar-benar lukisan Saskia. Saskia tertunduk diam karena merasa banyak orang memperhatikannya. “Kalau begitu aku tidak jadi membelinya, aku tidak mau membeli lukisan dari orang yang cacat seperti dia.”, jawab Keila kecewa dan langsung pergi meninggalkan tempat pameran.
“Maaf, sebaiknya aku pulang saja”, ucap Saskia kepada Rendi dan teman Rendi. “Aku ingin membeli lukisan ini Rp. 2.500.000,00”, sahut seorang Bapak-bapak bernama Budi yang membuat terkejut semua orang tak terkecuali Saskia. Beliaupun meminta Saskia untuk menjelaskan tentang lukisan itu. Saskia menjelaskan sama seperti saat Rendi tanya waktu dirumahnya. Bapak Budi itu terharu dan kagum dengan Saskia.
Saskia pulang dan diantar oleh Rendi. Tak lupa Rendi mengucapkan selamat kepadanya. Saskia sangat berterima kasih kepada Rendi karena tanpa Rendi tidak mungkin akan mendapatkan uang dan lukisannya terjual. Saskia tidak pernah menyangka bahwa ada yang menyukai lukisannya dan berharap bukan karena rasa kasihan karena melihat keadaanya.
Sesampainya dirumah, Saskia menceritakan semua kepada Ibunya. Dan memberikan uang tersebut kepada  Ibunya untuk berobat. Ibu Saskia menangis dan memeluk Saskia lalu mengucapkan terima kasih kepada Rendi yang selalu membantunya. Rendi berpamitan pulang kepada Ibu dan Saskia. Setelah selesai Shalat Maghrib, Ibu menemui Saskia yang sedang dikamarnya. “Nak, sebagian uang ini untuk membeli perlengkapan lukisanmu ya dan sebagian lagi di infakkan”, ujar Ibu sembari memberikan sejumlah uang. “Ya bu besok Saskia ke Masjid, tapi Saskia tidak ingin membeli perlengkapan melukis karena masih bagus”, jawab Saskia.
Keesokan harinya, sebelum berangkat kerja Saskia menyempatkan diri mampir ke Masjid dekat rumahnya sesuai amanah Ibunya. Kemudian dia pergi ketempat kerjanya dengan naik angkot. Setelah sampai diparkiran tempat kerjanya dia melihat Ibu-ibu yang terjatuh karena membawa belanjaan yang berat. Saskia lalu membantu Ibu tadi untuk membawa barang-barang belanjanya menuju mobilnya. Pak Budi tiba-tiba datang ke mobil dan melihat Saskia. “Saskia, jadi kamu kerja disini?”, tanya Pak Budi. “Iya Pak”, jawab Saskia. Ibu yang ditolong Saskia tadi adalah istri Pak Budi. Lalu Pak Budi menceritakan tentang lukisan Saskia yang ia beli waktu dipameran kepada istrinya. Kemudian Pak Budi dan istrinya berpamitan pulang tak lupa Bu Budi mengucapkan terima kasih kepada Saskia atas pertolongannya.
Ditengah-tengah Saskia bekerja tiba-tiba Saskia merasakan kesakitan pada kakinya sehingga iapun terjatuh dan sulit untuk berdiri. Kemudian dia ditolong oleh Rendi yang memang datang ingin menemuinya. Rendi ingin membawa Saskia ke Rumah Sakit tetapi Saskia menolaknya. Akhirnya Saskia pulang kerumah diantar Rendi. Saskia langsung istirahat dikamarnya. Rendi berbincang-bincang dengan Ibu Saskia. Rendi berterus terang kepada Ibu Saskia kalau dia mencintai Saskia. Rendipun meminta izin untuk melamar Saskia. Ibu bertanya kepada Rendi apa dia memang mencintai Saskia atau hanya merasa kasihan. “Biarkan Saskia saja yang menjawabnya karena itu hak dia”, jawab Ibu. Rendi menjelaskan bahwa Rendi memang mencintai Saskia.
Tak lupa tujuan utama Rendi menemui Saskia hari ini adalah ingin memberikan kabar gembira kepada Saskia. Karena tak sempat berbicara dengan Saskia, iapun mennyampaikannya kepada Ibunya. Bu, kalau Saskia mau dan Ibu menyetujui Saskia bisa bekerja di tempat kerja temanku. Saskia bisa melukis disana karena temanku juga menyukai lukisan Saskia. Sekalian ini untuk mengembangkan bakat Saskia dalam Melukis dan mewujudkan cita-citanya. Ibu bahagia mendengar kabar dari Rendi dan besok akan menyampaikannya kepada Saskia.
Semua pesan dari Rendi telah disampaikan kepada Saskia. “Alhamdulillah, kalau begitu aku akan bekerja ditempat temannya Rendi dan aku bisa melukis disana”, gumam Saskia. Namun Saskia merasa terkejut kalau Rendi mencintainya. Rendi datang menjenguk Saskia. Dan Rendi menanyakan jawaban darinya. Dalam keheningan Saskia terdiam, tak berkata sepatah katapun. Rendi dengan sabar menunggu jawaban dari Saskia. Sebuah kalimat terucap dari bibir Rendi. “Perasaan ini tulus dari lubuk hati bukan karena kasihan”, Jelas Rendi. Saskia menatap wajah Rendi dan melihat keseriusan darinya. Akhirnya Saskia menerima lamaran Rendi setelah mendapat persetujuan dari Ibu yang dicintanya.



~The End~


By : Bintang (21 September 2011)


* Ini adalah cerpen keduaku. aku tidak tahu sama sekali tentang melukis jadi endingnya agak setengah dipaksa hehehhe. Mohon saran dan kritiknya ya temans biar aku bisa lebih baik lagi dalam menulis. Terima kasih / Gomawoyo buat Reader yang sudah mau baca cerpenku.