"Terus... Terus. Stoppp...", Seorang tukang parkir memberikan aba-aba sambil memainkan peluitnya.
Ditengah panas terik Matahari yang bersinar, Saskia tetap semangat dalam melakukan pekerjaannya. Saskia adalah anak perempuan yang pekerja keras, dan tidak malu bekerja sebagai Tukang parkir. Meskipun dia cacat, hanya memiliki kaki sebelah kanan saja Saskia tidak pernah menyerah. Saskia mengalami kecelakaan tabrak lari. Dia ingin membantu Ibunya untuk membelikan obat karena Ibunya sakit-sakitan.
Saskia selalu mencari uang untuk makan sehari-hari karena Ayahnya sudah meninggal membuat dia menjadi tulang punggung keluarga. Dia ingin sekali bisa sekolah SMA namun terhalang karena tidak mempunyai biaya. Tak jarang Saskia di ejek, dihina oleh tetangganya. Namun Saskia tidak marah kepada mereka. Saskia membalas hinaan itu dengan senyuman. Dia tetap bersyukur atas apa yang diberikan Allah kepadanya.
Beruntung setelah kecelakaan ada seorang kakek-kakek membuatkan kaki pasangan untuknya. Kakek itu memang sering membuatkan kaki pasangan untuk penyandang cacat. "Apapun kondisimu selalu bersyukurlah kepada Sang Pencipta karena dengan selalu bersyukur hidupmu akan lebih mudah untuk dijalani", pesan si Kakek kepada Saskia waktu itu.
Diperjalanan pulang tiba-tiba Saskia berhenti disebuah Apotik untuk membelikan obat Ibunya. Setelah membeli obat untuk Ibunya, Saskia tidak sengaja menabrak seorang perempuan cantik. Dia adalah Keila. “Maaf mbak ngak sengaja”, lirih Saskia. Keila marah-marah kepada Saskia dan disaat pergi dia sengaja menyenggol bahu Saskia hingga iapun terjatuh. “Kamu ngak apa-apa kan?”, tanya seorang pemuda sembari menolong Saskia. “Iya, terima kasih”, jawab Saskia lalu pulang kerumahnya dengan kakinya yang pincang.
"Assalamu'alaikum", Sapa Saskia ketika pulang kerumah. "Wa'alaikumsalam", jawab Ibunya. "Ibu, Saskia beli obat untuk Ibu, diminum ya Bu", pinta Saskia dengan suara lembutnya. Ibupun langsung meminum obatnya. Selesai minum obat, Ibu memandangi wajah puterinya. Air matanya langsung menetes deras. "Kenapa Ibu menangis", tanya Saskia khawatir. "Maafkan Ibu ya, harusnya Ibu yang mencari uang untuk kebutuhan kita", kata Ibu. "Ibu jangan bilang seperti itu, meskipun Saskia cacat tapi aku bahagia bisa membantu Ibu. Karena hanya ini yang bisa aku lakukan", jawab Saskia sembari memeluk Ibunya.
Disaat malam tiba, Saskia melukis dikamarnya dengan lampu yang tidak begitu terang. Cita-citanya ingin menjadi Pelukis. Malam ini Saskia ingin lukisannya selesai. “Alhamdulillah, selesai juga lukisanku”, gumam Saskia sembari memberi nama dan tanda tangan di kertas lukisannya bak pelukis terkenal. Diapun segera memasang lukisannya didinding ruang tamu.
Keesokan harinya Saskia bekerja seperti biasanya. Memberikan aba-aba kepada para pengemudi mobil di area Super Market. “Terima kasih ya mbak”, ucap seorang pemuda dengan senyum ramahnya sembari memberikan uang untuk Saskia. Saskia berterima kasih kepada pemuda itu dan tak lupa diapun tersenyum. Hari sudah malam, waktunya Saskia pulang. Ditengah perjalanannya, Saskia bertemu dengan laki-laki yang sedang mabuk. Mereka mengganggu Saskia dan diapun berteriak minta tolong. “Jangan ganggu dia”, gertak seorang pemuda. Namun para pemabuk itu tidak mempedulikannya, sehingga mereka berkelahi. Akhirnya mereka bisa melarikan diri dari para pemabuk itu. Saskia dan pemuda itu lari dengan terengah-engah. Setelah jauh berlari mereka berhenti sejenak untuk mengatur nafas. “Terima kasih banyak, kamu sudah 2 kali menolongku”, tutur Saskia. “Sama-sama, kenalkan namaku Rendi. Namamu siapa?”, tanya pemuda itu. “Namaku Saskia”, jawab Saskia.
Akhirnya Saskia diantar pulang oleh Rendi. Melewati gang yang sempit merekapun sampai dirumah Saskia. Ibu Saskia meminta Rendi untuk masuk kedalam dan dibuatkannya Teh hangat. Ibu sangat berterima kasih kepada Rendi karena telah menyelamatkan puteri semata wayangnya. Secara tidak sengaja Rendi melihat sebuah lukisan yang menempel didinding ruang tamu. Rendi segera mendekatinya dan dia sangat menyukai lukisan Lumba-lumba itu.
“Maaf, ini lukisanmu ya”, tanya Rendi kepada Saskia. “Iya, itu lukisanku yang baru selesai tadi malam”, jawabnya. Karena Rendi penasaran dengan lukisan itu, Rendipun bertanya mengapa Saskia melukis Lumba-lumba. “Karena aku suka Lumba-lumba, meskipun mereka Binatang namun jiwa penolongnya sangat tinggi. Yang belum tentu dimiliki oleh setiap orang. Lukisan ini aku persembahkan untuk seorang kakek yang telah menolongku membuatkan kaki pasangan ini sehingga aku bisa berjalan walaupun tidak sempurna”, jawab Saskia. Saskia juga menceritakan tentang cita-citanya ingin menjadi Pelukis.
Rendi sangan kagum dengan Saskia meskipun dia cacat, tetapi keterbatasannya tidak membuat dia terpuruk justru membuat dia ingin bisa berkarya dan mewujudkan cita-citanya. “Kalau boleh, lukisan ini aku ikutkan di Pameran Lukisan ditempat temanku gimana? Kebetulan temanku akan membuat acara pameran, jadi lukisanmu bisa dititipkan disana mungkin ada orang yang tertarik dengan lukisanmu”. Saskia setuju dengan saran Rendi. Rendi membawa lukisan itu untuk dititipkan dipameran.
Tiga hari kemudian Rendi menemui Saskia ditempat kerjanya. Rendi mengajak Saskia untuk menghadiri pameran yang akan dimulai besok pagi. Berhubung besok hari Minggu, Saskia libur dan ia menyetujui ajakan Rendi.
Pameran lukisan telah dibuka. Hari semakin siang dan semakin banyak pengunjung yang datang. Saskia berjalan mengelilingi seluruh ruangan yang penuh dengan lukisan indah. Semua orang memandang Saskia. Diapun merasa semua orang sedang memperhatikannya. Namun Saskia tetap berjalan dan tersenyum kepada orang yang ia temui meskipun banyak yang bersikap sinis kepadanya.
Ada sebuah lukisan yang sedang dilihat oleh beberapa orang. Mereka sangat menyukai lukisan itu. Keila yang datang kepameran itu ingin membelinya. Dan lukisan itu diperebutkan oleh tiga orang yang ingin membelinya. Rendi dan temannya yang mempunyai acara tersebut datang dan menjelaskan tentang lukisan itu. Keila kaget saat melihat Rendi ada disana. “Kamu ngapain disini Ren”, tanya Keila. “Aku menemani temanku dia yang membuat lukisan ini”, jawabnya.
Rendi mencari Saskia dan mengajaknya ketempat lukisannya dipajang. Beberapa orang telah menunggunya. Semua orang memandang kearah Saskia. “Keila, ini Saskia yang membuat lukisan itu”, Rendi menjelaskan. Keila terkejut dan tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh Rendi. Rendi menjelaskan bahwa itu memang benar-benar lukisan Saskia. Saskia tertunduk diam karena merasa banyak orang memperhatikannya. “Kalau begitu aku tidak jadi membelinya, aku tidak mau membeli lukisan dari orang yang cacat seperti dia.”, jawab Keila kecewa dan langsung pergi meninggalkan tempat pameran.
“Maaf, sebaiknya aku pulang saja”, ucap Saskia kepada Rendi dan teman Rendi. “Aku ingin membeli lukisan ini Rp. 2.500.000,00”, sahut seorang Bapak-bapak bernama Budi yang membuat terkejut semua orang tak terkecuali Saskia. Beliaupun meminta Saskia untuk menjelaskan tentang lukisan itu. Saskia menjelaskan sama seperti saat Rendi tanya waktu dirumahnya. Bapak Budi itu terharu dan kagum dengan Saskia.
Saskia pulang dan diantar oleh Rendi. Tak lupa Rendi mengucapkan selamat kepadanya. Saskia sangat berterima kasih kepada Rendi karena tanpa Rendi tidak mungkin akan mendapatkan uang dan lukisannya terjual. Saskia tidak pernah menyangka bahwa ada yang menyukai lukisannya dan berharap bukan karena rasa kasihan karena melihat keadaanya.
Sesampainya dirumah, Saskia menceritakan semua kepada Ibunya. Dan memberikan uang tersebut kepada Ibunya untuk berobat. Ibu Saskia menangis dan memeluk Saskia lalu mengucapkan terima kasih kepada Rendi yang selalu membantunya. Rendi berpamitan pulang kepada Ibu dan Saskia. Setelah selesai Shalat Maghrib, Ibu menemui Saskia yang sedang dikamarnya. “Nak, sebagian uang ini untuk membeli perlengkapan lukisanmu ya dan sebagian lagi di infakkan”, ujar Ibu sembari memberikan sejumlah uang. “Ya bu besok Saskia ke Masjid, tapi Saskia tidak ingin membeli perlengkapan melukis karena masih bagus”, jawab Saskia.
Keesokan harinya, sebelum berangkat kerja Saskia menyempatkan diri mampir ke Masjid dekat rumahnya sesuai amanah Ibunya. Kemudian dia pergi ketempat kerjanya dengan naik angkot. Setelah sampai diparkiran tempat kerjanya dia melihat Ibu-ibu yang terjatuh karena membawa belanjaan yang berat. Saskia lalu membantu Ibu tadi untuk membawa barang-barang belanjanya menuju mobilnya. Pak Budi tiba-tiba datang ke mobil dan melihat Saskia. “Saskia, jadi kamu kerja disini?”, tanya Pak Budi. “Iya Pak”, jawab Saskia. Ibu yang ditolong Saskia tadi adalah istri Pak Budi. Lalu Pak Budi menceritakan tentang lukisan Saskia yang ia beli waktu dipameran kepada istrinya. Kemudian Pak Budi dan istrinya berpamitan pulang tak lupa Bu Budi mengucapkan terima kasih kepada Saskia atas pertolongannya.
Ditengah-tengah Saskia bekerja tiba-tiba Saskia merasakan kesakitan pada kakinya sehingga iapun terjatuh dan sulit untuk berdiri. Kemudian dia ditolong oleh Rendi yang memang datang ingin menemuinya. Rendi ingin membawa Saskia ke Rumah Sakit tetapi Saskia menolaknya. Akhirnya Saskia pulang kerumah diantar Rendi. Saskia langsung istirahat dikamarnya. Rendi berbincang-bincang dengan Ibu Saskia. Rendi berterus terang kepada Ibu Saskia kalau dia mencintai Saskia. Rendipun meminta izin untuk melamar Saskia. Ibu bertanya kepada Rendi apa dia memang mencintai Saskia atau hanya merasa kasihan. “Biarkan Saskia saja yang menjawabnya karena itu hak dia”, jawab Ibu. Rendi menjelaskan bahwa Rendi memang mencintai Saskia.
Tak lupa tujuan utama Rendi menemui Saskia hari ini adalah ingin memberikan kabar gembira kepada Saskia. Karena tak sempat berbicara dengan Saskia, iapun mennyampaikannya kepada Ibunya. Bu, kalau Saskia mau dan Ibu menyetujui Saskia bisa bekerja di tempat kerja temanku. Saskia bisa melukis disana karena temanku juga menyukai lukisan Saskia. Sekalian ini untuk mengembangkan bakat Saskia dalam Melukis dan mewujudkan cita-citanya. Ibu bahagia mendengar kabar dari Rendi dan besok akan menyampaikannya kepada Saskia.
Semua pesan dari Rendi telah disampaikan kepada Saskia. “Alhamdulillah, kalau begitu aku akan bekerja ditempat temannya Rendi dan aku bisa melukis disana”, gumam Saskia. Namun Saskia merasa terkejut kalau Rendi mencintainya. Rendi datang menjenguk Saskia. Dan Rendi menanyakan jawaban darinya. Dalam keheningan Saskia terdiam, tak berkata sepatah katapun. Rendi dengan sabar menunggu jawaban dari Saskia. Sebuah kalimat terucap dari bibir Rendi. “Perasaan ini tulus dari lubuk hati bukan karena kasihan”, Jelas Rendi. Saskia menatap wajah Rendi dan melihat keseriusan darinya. Akhirnya Saskia menerima lamaran Rendi setelah mendapat persetujuan dari Ibu yang dicintanya.
~The End~
By : Bintang (21 September 2011)
* Ini adalah cerpen keduaku. aku tidak tahu sama sekali tentang melukis jadi endingnya agak setengah dipaksa hehehhe. Mohon saran dan kritiknya ya temans biar aku bisa lebih baik lagi dalam menulis. Terima kasih / Gomawoyo buat Reader yang sudah mau baca cerpenku.