Minggu, 14 Desember 2014

73 Hari Yang Berharga



29 Juni 2014
Waktu adalah bagian yang berharga untuk kita. Setiap hari, jam, menit bahkan detik. Tapi tidak semua orang mampu menghargai waktu yang telah diberikan kepada kita. Ya, termasuk aku sendiri yang telah lama membuang waktu percuma karena tidak aku gunakan dengan sebaik-baiknya. Mungkin, sekarang ini adalah penyesalanku yang tak mungkin bisa aku tebus kembali. Tulisan kali ini berkesinambungan dengan tulisanku sebelumnya yang berjudul “Hidup adalah satu kesempatan”.
4 Juni 2014
Ketika aku memasuki dunia kerja yang baru saja aku jalani, aku sangat menikmatinya dan senang walaupun pekerjaannya sangat sulit, banyak tantangan dan juga resiko bahaya. Hari pertama memasuki lokasi pabrik sempat hampir membuatku menyerah karena belum mampu beradaptasi di tempat yang baru. Karena lokasi yang super panas langsung membuat tubuhku melemah. Punggung, perut dan kaki seakan tak mampu menopang seluruh tubuh ini.
Ada yang membuatku terkejut ketika melihat para operator yang sedang sibuk menunggu mesin. Banyak yang sudah ibu-ibu bahkan nenek-nenek bekerja di pabrik ini. Iseng-iseng ku bertanya kepada salah satu operator “Sudah berapa tahun bu, bekerja di sini”? Beliau menjawab “Sepuluh tahun”. Aku seketika terkejut mendengar jawaban dari ibu tadi. Aku bertanya lagi kepada beberapa operator dengan pertanyaan yang sama. Dan semakin terkejutnya aku mendengar jawaban mereka. Ada yang sudah 16 tahun, bahkan paling lama sudah bekerja selama 23 tahun. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala. Hebat sekali mereka menghabiskan separuh umurnya untuk bekerja di sini. Aku sangat salut terhadap mereka yang sangat pekerja keras. Waktu itu dalam hatiku mengatakan “Mereka mampu bertahan sampai 23 tahun, lalu aku! Sehari saja rasanya sudah tidak kuat”. Baru beberapa menit di dalam pabrik, keringatku langsung mengucur. Mungkin aku belum pernah merasakan kepanasan sampai seperti itu. Salah satu temanku waktu itu langsung sakit perut dan masuk angin. Ketika selesai istirahat gantian aku sendiri yang sakit perut dan punggung. Aku selalu bertanya-tanya pada diri sendiri waktu itu, kira-kira aku akan bertahan berapa lama di sini. Aku berpikir, mungkin hanya beberapa hari aku sudah mengundurkan diri. Ya, aku sempat berpikir ingin menyerah.
Hari kedua, pengalaman baru aku dapatkan. Jujur, semakin hari semakin sulit ilmu yang kupelajari di sini. Ketika aku mulai dengan membuat kesalahan aku sangat ketakutan waktu itu. “Ahh, betapa bodohnya aku”. Tentu saja aku langsung mendapat teguran dari Trainernya. Sungguh, aku takut sekali waktu itu.
10 Desember 2014
Aku baru menyadari bahwa bekerja di pabrik memang tidak mudah. Baru dimasukkan ke Shift saja aku langsung di opname. Sungguh memalukan. Dan akhirnya aku memutuskan untuk mengundurkan diri karena mempertimbangkan dengan fisikku yang tidak kuat masuk shift malam.
Terhitung 73 hari aku bekerja di Pabrik itu. Jujur saja, jika fisikku memang kuat aku ingin sekali bisa meneruskan bekerja di sana. Tapi yah, apa boleh buat keadaanku tidak memungkinkan.
Meskipun hanya 73 hari aku bekerja, aku mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman yang menurutku itu sangat berharga. Tidak hanya mendapat ilmu dan pengalaman tetapi aku juga mendapat seorang sahabat yang baik. Dan dia sudah aku anggap seperti kakakku sendiri. Terima kasih untuk 73 hari yang berharga ini Ya Allah....

Bintang, 10 Desember 2014

Kamis, 27 November 2014

My Little Prince #2



“Menangis” ... Itulah yang bisa kulakukan ketika aku mendengar kabar itu. Berat rasanya untuk menerima. Bahkan untuk membayangkan saja aku tidak berani. Aku merasa, sedang kembali ke tahun 2010. Yah, empat tahun yang lalu. Di mana air mata banyak sekali tumpah karena ujian dariNYA. Cobaan yang datang bertubi-tubi secara bersamaan tanpa jeda. Yang membuatku sangat terpuruk dalam menjalani kehidupanku.

Kok bisa?  Kok bisa? Pertanyaan yang langsung membombardir pikiranku. Dia masih kecil dan baru saja operasi Amandel. Tapi kenapa dia mendapatkan cobaan lagi bahkan begitu berat daripada sebelumnya. Enam tahun usianya, namun harus mengalami hal yang tak pernah kami bayangkan sama sekali.

“Tulangnya bercabang dan harus di operasi”, kata kakakku.  Kaget dan syok ketika aku mendengarnya. Sama kagetnya seperti  almarhum ibu divonis kanker. Aku langsung terbayang wajah pangeran kecilku Zaky. Teringat sejak kecil dia sudah sakit-sakitan. Setelah operasi  Amandel, selang beberapa hari, ada  saudara yang memijat Zaky. Tanpa sengaja menemukan benjolan disekitar lututnya. Setelah dilihat seperti tumbuh daging. Namun ketika ditekan seperti tulang karena keras. Setelah dibawa ke Rumah Sakit, ternyata memang benar kalau itu bukan daging tetapi tulang.

Entah tulang bercabang atau apa namanya, yang pasti Zaky harus dioperasi. Kakakku mencoba konsultasi dengan bagian khusus tulang. Tapi, Kakak dan kakak iparku belum mengambil keputusan tentang waktu yang tepat untuk Zaky menjalani operasi. Masih bingung, karena kakakku sendiri sekarang hamil 6 bulan. Dan kehamilannya kali ini sering lemas dan muntah. Aku tidak tega melihatnya, pasti kakakku sedih sekali. Disisi lain , Zaky baru saja menjalani operasi pengangkatan Amandelnya.

Aku sungguh takut jika Zaky dioperasi. Karena berhubungan dengan tulang dan sekitar lutut. Bagaimana sekolahnya dan butuh waktu berapa lama pasca operasi? Tapi bagaimanapun juga, Zaky harus dioperasi. Mungkin inilah jalan yang terbaik. Aku ingin sekali melakukan sesuatu untuk Zaky, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa berdoa dan berdoa. Semoga operasinya berjalan lancar dan segera pulih seperti sedia kala. Melanjutkan sekolahnya yang masih TK.#LotsOfLove

Mungkin, Allah mempunyai rencana lain untukmu. Semua orang menyayangimu, dan selalu mendoakanmu. Semoga setelah ini, kamu selalu sehat wal’afiat. Menjadi anak yang kuat dan tangguh. Aamiin....




Bintang, 09 Oktober 2014


Rabu, 03 September 2014

My Little Prince


My Little Prince

Dia... yang kadang-kadang aku jailin sewaktu dia masih kecil. Dia yang dulu imut sekarang tak lagi {~_-}. Sebenarnya masih imut, hanya terlihat ketika dia tertidur lelap. Dia yang sangat aktif dan tak bisa berdiam diri.  Dia yang masih kecil tetapi sudah merasakan di rawat di sebuah Rumah Sakit.

Dia...  masih terlalu kecil, untuk keluar masuk Rumah Sakit. Sebulan lagi umurnya genap 6 tahun. Dulu, waktu masih kecil sekali beberapa kali masuk Rumah Sakit. Dan harus diterapi dari pihak Rumah Sakit. Aku masih ingat bagaimana dulu dia menangis ketika darahnya diambil. Bocah kecil yang harus merasakan sakitnya jarum suntik dan juga infus. Aku tak tega melihatnya. Mendengar tangisnya, hatiku pun pilu. Aku hanya bisa menangis di luar ruangan tempatnya dirawat.

Yah, dia masih sangat kecil waktu itu. Tapi, dia adalah bocah kecil yang pemberani. Dia tidak pernah takut dengan Dokter maupun suster. Dia juga tidak takut ketika disuruh minum obat. Lucunya, justru dia sangat suka minum obat. Ketika di terapi, dia sama sekali tidak menangis justru tersenyum. Dia juga sangat disukai oleh suster-suster yang merawatnya. Tingkahnya yang lucu dan berani membuat mereka jatuh hati dengan si bocah mungil ini.
                                              Funny
  

                                          Cr : HP Pok Ida

                                           Zaky Terapi






Namanya “Zaky Mubarak” dengan nama panggilan Zaky. Dia... yang sering membuat geleng-geleng kepala kebanyakan orang dewasa karena tingkahnya. Mungkin banyak yang menilainya seorang anak yang nakal atau bandel. Ya, memang harus sangat sabar ketika menghadapinya.

Setiap anak  mempunyai karakter yang berbeda-beda. Mungkin dia memang terlihat seorang anak yang nakal. Dia masih belum bisa mengontrol emosinya. Tetapi setiap anak pasti mempunyai keistimewaan tersendiri di balik kekurangannya.

Tanggal 26 Agustus 2014, dia harus menjalani operasi Amandel. Karena sudah sangat parah. Selama ini dia tidak bisa fokus belajar dan tidurpun terlihat tak pernah nyenyak. Sebenarnya aku tak bisa membayangkan bocah 6 tahun harus menjalani operasi. Ketika aku datang ke Rumah Sakit dia terlihat lemas dan menahan lapar. Karena dia belum diperbolehkan makan. Tetapi sudah diperbolehkan makan es krim dan juga minuman dingin lainnya. “Sakit”, rintihnya pelan. Tentu saja, tenggorokannya sakit untuk menelan.



Dan ketika suster datang untuk menyuntikkan obat dengan 3 suntikan, dia ketakutan. Karena pada saat itu, tenggorokannya sedang nyeri. Dia tidak mau disuntik dan minta pulang pada saat itu juga. Alhamdulillah, dia bisa dibujuk dan berhasil disuntik. Beberapa menit kemudian, dia minta jalan-jalan keluar ruangan. Setelah kembali ke kamar, iseng-iseng ku foto. Dan dia pun mulai bergaya. Setelah itu, aku tunjukkan sebuah video yang aku yakin dia akan menyukainya. Ya, dia benar menyukainya. Video film kartun Upin Ipin yang kudownload dari internet bisa membuatnya tersenyum dan senang. Rasanya lega sekali melihatnya bisa tersenyum seperti itu. Alhamdulillah, terima kasih Upin Ipin.





My Little Prince Zaky, ponakanku tercinta. Di ulang tahunmu yang ke 6 ini semoga kamu akan menjadi anak yang sehat,  rajin belajar, cerdas, pintar, dan juga bisa membuat bangga orang tua. Raih prestasimu setinggi mungkin. Aku sadar, kita tak begitu dekat. Kita seperti Tom And Jerry dari dulu.  Mungkin salahku juga karena sering iseng padamu. Tapi, kamu harus tahu bahwa aku sangat menyayangimu. Walaupun aku tak bisa memberikanmu apa-apa. Mungkin juga, dengan sama-sama iseng itu adalah tanda bahwa kita saling menyayangi, meskipun cara mengutarakannya berbeda.

My Little Prince Zaky, maaf, jika aku bukan tante yang baik untukmu. Percayalah, aku sangat menyayangimu. Aku ingin melihatmu selalu sehat. Jangan sakit lagi ya bocah kecil. Aku selalu kagum dengan keberanianmu. Semoga kamu selalu menjadi anak yang berani dan juga  istimewa. Kamu sudah membuktikannya dari beberapa prestasimu. Kamu pernah tampil di Taman Pintar bersama empat temanmu walaupun pada saat itu ada kesalahan teknis karena lagu yang diputar berbeda dengan lagu yang kamu dan teman-temanmu pelajari namun tidak membuatmu takut. Mungkin kalian bingung saat itu, tetapi kalian luar biasa, diusia kalian yang masih kecil tidak membuat kalian lari dari panggung atau bahkan menangis karena bingung.







Happy Birthday “My Little Prince Zaky”, semoga panjang umur, sehat selalu dan menjadi anak yang pintar dan cerdas. Aamiin....



       Berantakan sekali














 Selasa, 2 September 2014

                                                                                       






Minggu, 29 Juni 2014

Hidup Adalah Satu Kesempatan



“Hidup adalah satu kesempatan”. Sebuah motto seseorang yang sangat memberikanku motivasi dan inspirasi. Sebuah kalimat sederhana yang mampu membuatku “Move On” dari keterpurukanku selama hampir empat tahun terakhir ini.

Mungkin aku tidak bisa menjabarkan maksud dari kalimat tersebut. Yang aku tahu bahwa, kita hidup di dunia ini hanya satu kali. Dan kesempatan itu juga hanya datang satu kali. Yang seharusnya kita memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Tidak menyia-nyiakannya.

Hampir empat tahun aku menyia-nyiakan waktu berhargaku. Aku bahkan tidak melakukan apapun. Aku selalu berfikir bahwa aku tak lebih dari sebuah “Benalu”. Dimana aku tidak berguna untuk orang lain bahkan untuk diriku sendiri. Yang aku pikirkan  selama ini hanyalah bagaimana caranya aku melewati waktu dengan cepat. Aku hidup biasa saja tiada yang istimewa. Setiap hari aku melakukan aktivitas atau kegiatan yang sama. Tak ada perubahan dan tak ada yang berbeda. Selalu sama. Tanpa ada tantangan didepanku.

Hingga pada akhirnya kejenuhan menghampiriku. Ya, sejujurnya aku merasa bahwa selama ini hidupku sangatlah menjenuhkan dan membosankan. Banyak waktu terbuang percuma. Terkadang hatiku berontak,  ingin sekali merubah semua ini. Ingin hidup normal seperti orang-orang pada umumnya. Aku ingin hidupku berguna, berani melawan tantangan dan melakukan hal-hal positif lainnya. Tapi, ternyata hampir empat tahun itu aku sama sekali tidak melakukan apapun. Aku sering ingin melakukan perubahan yang lebih baik tapi selalu gagal. Pada kenyataannya, ketakutanku lebih besar dari pada keinginanku.



Flashback....


Empat tahun yang lalu aku bekerja disebuah Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah. Dimana saat itu Lembaga sedang mengalami masalah besar. Lembaga tidak mampu membayar Jatuh Tempo, Tabungan Harian maupun Nisbah (Bagi Hasil)  Nasabahnya. Tentu saja, para Nasabahnya ingin uangnya kembali utuh. Tapi tak sepeserpun cair.

Aku dan teman-temanku bekerja di Unit. Aku menjadi Staf Administrasi di Unit tersebut. Nasabah kebingungan, kesal, marah dan menuntut uang mereka kembali. Mereka menuntut langsung kepada kami. Sedangkan kami juga bingung karena tidak mendapatkan keterangan yang jelas dari Kantor Pusat.

Hampir setiap hari kami kedatangan Nasabah yang keperluannya sama yaitu menuntut uang mereka kembali. Dan ketika keadaan seperti itu justru Manager (Eks) kami tidak datang ke Kantor. Tentu saja, kami turun tangan sendiri menjelaskan kepada Nasabah sebisa kami karena kami tidak mungkin mengandalkan Manager (Eks) yang menurutku tidak bertanggung jawab atas Nasabah dan juga Karyawannya. Kami mencoba bertahan sendiri sekuat yang kami bisa. Kami para karyawan selalu mencoba memperjuangkan hak-hak Nasabah. Walaupun kami tidak mendapatkan hasil apapun. Kami rela tidak digaji tetapi kami selalu berangkat dan memperjuangkan mereka. Kami juga rela sering pergi ke Kantor Pusat untuk menuntut. Bahkan ada beberapa dari kami yang mengganti uang Nasabah dengan uang pribadinya. Padahal kami disini juga tidak tahu apa-apa. Dan tak banyak orang yang bisa menghargai pengorbanan kami.

Kami disini juga menjadi korban dari masalah Lembaga ini. Jaminan kerja kami tidak pernah dikembalikan. Bukan itu saja, kami tidak digaji dan kami menyimpan uang di Lembaga ini juga. Orang tua, kerabat dan tetangga-tetangga kami juga menyimpan uangnya di Lembaga ini. Kami kesal, marah, menangis dan beban moral yang harus kami pikul entah sampai kapan. Yang pasti sampai detik ini, beban moral itu masih sangat membebaniku. Aku tidak bisa menghilangkannya, karena masih melekat erat.

Kami juga menuntut kepada Manager (Eks) kami, bukan untuk mengganti uang mereka. Paling tidak, dia datang dan mengumpulkan semua Nasabah dan memberikan penjelasan. Upaya kami gagal. Hingga suatu ketika, ada yang memfasilitasi untuk mempertemukan semua Nasabah dengan Direktur. Dengan ending cerita yang sangat memilukan. Uang mereka tidak kembali.

Aku masih teringat jelas waktu itu ditempat parkiran ada Ibu-ibu menyumpahi kami. Suaranya masih terngiang di gendang Telingaku sampai saat ini. Tetapi aku juga tidak bisa menyalahkan beliau. Karena aku sangat tahu bagaimana perasaannya. Kita sama-sama menjadi korban dari keadaan ini. Aku tahu bagaimana rasanya uang kita yang niatnya ditabung dan akhirnya tidak kembali. Aku sangat tahu itu. Orang tuaku juga salah satu Nasabahnya. Dimana Jatuh Tempo bertepatan ketika ada masalah dan tidak kembali. Padahal uang itu sangat kami butuhkan untuk biaya pengobatan Penyakit Kanker Ibu dan Bapak yang kecelakaan di waktu yang sama.

Dan ketika Ibuku meninggal dunia, lima hari setelah kepergiannya aku rela datang ke Kantor Pusat untuk mencari hasil yang kami inginkan. Dengan perasaanku yang sangat sedih karena kehilangan seorang Ibu yang aku cintai. Tapi aku sadar bahwa ini juga menjadi kewajibanku. Lagi-lagi aku pulang dengan tangan hampa. Akhirnya, masalah  ini masuk ke Meja Hijau. Aku tidak tahu nasib dari para Pemimpin-pemimpin itu. Tapi aku tahu, uang Nasabah tidak kembali.


Flashback End....


Kejadian itu membuatku sangat terpukul bahkan mungkin bisa dikatakan aku trauma dengan kejadian itu. Karena semenjak itu aku tidak berani mencari kerja lagi. Rasa ketakutan itu selalu membayangiku. Aku juga merasa banyak orang memandangku dengan tatapan aneh. Aku yang Introvert dari dulu menjadi semakin tertutup sejak kejadian itu. Aku tidak bisa bergaul dan selalu benci keramaian. Aku menjadi penikmat kesepian. Aku merasa nyaman ketika aku sendirian. Aku tidak tahu kenapa setiap berada ditengah-tengah keramaian yang tidak aku suka tubuhku akan segera melemah.




Introvert

Aku adalah seorang Introvert. Walaupun aku tidak tahu termasuk golongan yang seperti apa. Mungkin aku menjadi Introvert sudah sejak kecil. Karena sejak kecil aku selalu menjadi korban pem-bully-an. Yang mungkin saja, membuatku menjadi seorang yang tidak pandai bergaul dan cenderung pendiam. Dengan kepribadianku yang seperti ini membuatku tidak mampu mempunyai banyak teman.

Aku paling tidak suka melihat tatapan aneh itu. Memandangku dengan cara yang berbeda dari pada orang lain. Aku sama seperti mereka. Hanya saja aku lebih suka diam dan tak banyak bicara. Terkecuali, dengan orang-orang yang aku anggap nyaman ketika aku berbicara dengan mereka pasti aku juga akan mengimbanginya.

Aku selalu mencoba bertahan dalam kebosananku selama ini. Melewati waktu yang sama tanpa teman. Mendengarkan Musik adalah temanku sehari-hari. Dengan mendengarkan Musik aku merasa sedikit semangat dan lebih hidup. Aku tahu bahwa aku memang berbeda. Aku tahu bahwa banyak orang menilai seorang Introvert itu aneh. Aku bukan orang yang anti sosial, aku sangat ingin bisa bersosialisasi. Tapi, aku tidak cukup kuat untuk bertahan lama ditengah-tengah orang banyak. Seperti yang kukatakan tadi, bahwa energi ku terkuras ketika aku ditengah-tengah orang banyak.


Selama ini, aku terkukung oleh ketakutanku sendiri. Setiap ingin melakukan sesuatu selalu saja, ketakutan itu datang pertama kali sehingga aku pun tidak berani untuk mencoba hal-hal baru. Yang ada hanyalah takut, takut dan takut.

Pernah, suatu ketika aku memberanikan diri untuk melamar pekerjaan di sebuah pabrik yang memproduksi rambut palsu. Alhamdulillah aku berani melakukannya sampai tes wawancara. Dan sebelum ditentukan diterima atau tidak, aku beserta pelamar lain diberi kesempatan untuk memasuki pabrik. Diawali dengan berbaris lalu memasuki pabrik. Kami disambut dengan suara bising. Disinilah yang menjadi sebuah kekonyolan. Ternyata setelah melihat rambut palsu yang berjejer aku merasa takut melihatnya. Pada dasarnya aku memang tidak suka melihat rambut palsu. Apalagi dalam jumlah yang banyak. Kebetulan, aku melamar untuk bagian Staf Administrasi tetapi aku diterima di bagian produksi. Dan akhir cerita dari perjalananku ini, aku memutuskan untuk tidak bekerja di Perusahaan tersebut.

Meskipun aku tidak jadi bergabung dengan Perusahaan tersebut, ada rasa bahagia tersendiri untukku. Akhirnya aku berani mencoba walaupun hasilnya tak sesuai keinginanku. Tetapi, setelah hari itu aku sama sekali tidak pernah mencoba melamar pekerjaan ditempat lain. Aku hanya menyibukkan diri di rumah dengan membantu usaha orang tua yang sudah dirintis sejak aku berumur 3 (tiga) tahun.  Ya, aku merasa mungkin inilah yang tepat untukku, membantu usaha Bapak karena Bapak mengelolanya sendiri. Setiap hari aku melakukan pekerjaan yang sama. Tidak ada yang berbeda.

Hampir 4 (empat)  tahun telah berlalu. Dan selama itu pula, aku menjadi pengangguran. Sebenarnya aku sangat merindukan suasana pekerjaan. Bisa bertemu teman-teman, bercanda bersama. “Aku ingin sekali berkerja lagi...”.




Cita-cita Kecilku


Sejak aku tidak berkerja di Lembaga yang dulu, aku sangat ingin bisa bekerja di sebuah Pabrik. Mungkin bisa dikatakan itu cita-cita kecilku. Mungkin banyak orang yang tidak percaya, bahwa di dunia ini ada orang yang mempunyai cita-cita bekerja di sebuah Pabrik. Ya, walaupun itu bukan cita-cita terbesarku. Sederhana saja! Aku hanya ingin mempunyai banyak teman dan mampu bersosialisasi dengan baik. Setiap hari bertemu dengan banyak orang. Sepertinya menyenangkan.

Suatu sore, aku mendapatkan informasi tentang sebuah Pabrik yang ada di Yogyakarta. Tetanggaku bekerja di Perusahaan tersebut. Dia mengatakan, di Pabrik ini tidak pernah dibentak-bentak. Dan dia membandingkan dengan dua Pabrik yang sebelumnya dia pernah berkerja di sana. Dari sinilah aku mulai tertarik dan bertanya lebih banyak lagi tentang Pabrik ini. Mulai dari persyaratan melamar pekerjaan sampai tempat parkirnya.

Entah angin apa yang membuatku ingin melamar pekerjaan di Pabrik itu. Saat itu, aku hanya ingat kata-kata seseorang. Dia bilang “Hidup Adalah Satu Kesempatan”. Aku berfikir, mungkin inilah kesempatan  untuk bisa “move on” dari ketakutanku selama ini, sekaligus aku ingin membuktikan ke mereka yang selalu meremehkanku bahwa aku bisa. Inilah kesempatanku yang tidak datang dua kali. Dan akupun langsung mencari persyaratannya dan melamar di Pabrik itu. Alhamdulillah aku mendapat panggilan untuk mengikuti Tes. Mulai dari Tes tertulis, Interview sampai Tes Kesehatan aku jalani dengan lancar. Sampai di titik ini, aku merasakan kebahagiaan dan kepuaasan. Seperti ada beban berat yang ada di hatiku, yang tiba-tiba terangkat dan terasa ringan. Perasaan itu tidak mampu aku lukiskan dalam kata-kata. Dan hari itu juga aku mendapatkan teman baru.

Keesokan harinya aku mendapatkan telepon  dari bagian HRD bahwa aku diterima. Lega, setelah cemas, deg-degan karena takut tidak diterima. Alhamdulillah, aku langsung menangis seketika. Ini untuk pertama kalinya aku merasakan cemas menunggu pengumuman tes pekerjaan. Mungkin bisa dibilang bahwa ini untuk pertama kalinya aku sunguh-sungguh melamar kerja. Alhamdulillah, cita-cita kecilku tercapai.

Senin, 14 April 2014 aku berangkat kerja untuk hari pertama. Aku sungguh menikmati udara pagi ketika itu. Segar dan merasakan hangatnya sinar Matahari yang sedang terbit. Suasana keramaian di jalan raya, tentu saja suara bising dari kendaraan bermotor dan macetnya lalu lintas. Ahh, mungkin suasana seperti inilah yang aku rindukan selama ini.  Perasaan bahagia yang sudah lama tidak aku rasakan. Menghidupkan kembali jiwa yang telah lama  hilang. Kini aku hidup kembali dan akan selalu berusaha untuk menikmati tantangan-tantangan yang ada.
#FIGHTING

Terima kasih untuk Kim Hyun Joong Leader yang telah menjadi inspirasiku. Karena Mottonya aku mampu bangkit dari ketakutanku. Dan terima kasihku teramat sangat  untuk Bapakku yang selalu menyemangatiku, memotivasi dan mendoakanku. “I Love You Bapak”.


Bintang, 12 Juni 2014