29 Juni 2014
Waktu
adalah bagian yang berharga untuk kita.
Setiap hari, jam, menit bahkan detik. Tapi tidak semua orang mampu menghargai
waktu yang telah diberikan kepada kita. Ya, termasuk aku sendiri yang telah
lama membuang waktu percuma karena tidak aku gunakan dengan sebaik-baiknya.
Mungkin, sekarang ini adalah penyesalanku yang tak mungkin bisa aku tebus
kembali. Tulisan kali ini berkesinambungan dengan tulisanku sebelumnya yang
berjudul “Hidup adalah satu kesempatan”.
4 Juni 2014
Ketika aku memasuki dunia kerja yang
baru saja aku jalani, aku sangat menikmatinya dan senang walaupun pekerjaannya
sangat sulit, banyak tantangan dan juga resiko bahaya. Hari pertama memasuki
lokasi pabrik sempat hampir membuatku menyerah karena belum mampu beradaptasi
di tempat yang baru. Karena lokasi yang super panas langsung membuat tubuhku
melemah. Punggung, perut dan kaki seakan tak mampu menopang seluruh tubuh ini.
Ada yang membuatku terkejut ketika
melihat para operator yang sedang sibuk menunggu mesin. Banyak yang sudah
ibu-ibu bahkan nenek-nenek bekerja di pabrik ini. Iseng-iseng ku bertanya
kepada salah satu operator “Sudah berapa tahun bu, bekerja di sini”? Beliau
menjawab “Sepuluh tahun”. Aku seketika terkejut mendengar jawaban dari ibu tadi.
Aku bertanya lagi kepada beberapa operator dengan pertanyaan yang sama. Dan semakin
terkejutnya aku mendengar jawaban mereka. Ada yang sudah 16 tahun, bahkan
paling lama sudah bekerja selama 23 tahun. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala.
Hebat sekali mereka menghabiskan separuh umurnya untuk bekerja di sini. Aku
sangat salut terhadap mereka yang sangat pekerja keras. Waktu itu dalam hatiku
mengatakan “Mereka mampu bertahan sampai 23 tahun, lalu aku! Sehari saja
rasanya sudah tidak kuat”. Baru beberapa menit di dalam pabrik, keringatku
langsung mengucur. Mungkin aku belum pernah merasakan kepanasan sampai seperti
itu. Salah satu temanku waktu itu langsung sakit perut dan masuk angin. Ketika
selesai istirahat gantian aku sendiri yang sakit perut dan punggung. Aku selalu
bertanya-tanya pada diri sendiri waktu itu, kira-kira aku akan bertahan berapa
lama di sini. Aku berpikir, mungkin hanya beberapa hari aku sudah mengundurkan
diri. Ya, aku sempat berpikir ingin menyerah.
Hari kedua, pengalaman baru aku
dapatkan. Jujur, semakin hari semakin sulit ilmu yang kupelajari di sini.
Ketika aku mulai dengan membuat kesalahan aku sangat ketakutan waktu itu. “Ahh,
betapa bodohnya aku”. Tentu saja aku langsung mendapat teguran dari Trainernya.
Sungguh, aku takut sekali waktu itu.
10 Desember 2014
Aku baru menyadari bahwa bekerja di
pabrik memang tidak mudah. Baru dimasukkan ke Shift saja aku langsung di
opname. Sungguh memalukan. Dan akhirnya aku memutuskan untuk mengundurkan diri
karena mempertimbangkan dengan fisikku yang tidak kuat masuk shift malam.
Terhitung 73 hari aku bekerja di Pabrik
itu. Jujur saja, jika fisikku memang kuat aku ingin sekali bisa meneruskan
bekerja di sana. Tapi yah, apa boleh buat keadaanku tidak memungkinkan.
Meskipun hanya 73 hari aku bekerja, aku
mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman yang menurutku itu sangat berharga.
Tidak hanya mendapat ilmu dan pengalaman tetapi aku juga mendapat seorang
sahabat yang baik. Dan dia sudah aku anggap seperti kakakku sendiri. Terima kasih
untuk 73 hari yang berharga ini Ya Allah....
Bintang, 10 Desember 2014