Tanah airku Indonesia yang dulu damai kini
berubah menjadi tanah yang panas. Entah mengapa keadaan yang dulu harus berbeda
dengan sekarang. Apa karena perubahan jaman yang lebih modern ataukah memang
dari manusianya sendiri yang tak bisa mengontrol diri?
Semakin hari bumi Indonesia semakin mendidih.
Panas dan memanas. Aku tak mengerti apa yang terjadi. Aku hanyalah orang kecil
yang tak tahu menahu tentang politik. Yang kutahu politik itu seperti api.
Disaat kita melihat pijaran api, sinar terangnya akan membuat penasaran dan
akhirnya kita mendatangi api dan terjatuh didalamnya hingga terbakar. Entahlah
akankah ada yang bisa keluar dari api itu atau tidak! Jika memang ada berarti
dia mempunyai modal Iman yang kuat dan Kejujuran yang dijunjung tinggi.
Aku sebagai orang kecil sungguh merasa
prihatin dengan Tanah kelahiranku ini. Mengapa semakin hari sebuah Virus
semakin merambah kemana-mana. Korupsi itulah Virus yang aku maksud. Akankah
virus ini bisa dibasmi? Sedang korupsi makin menjadi!
Sengaja ku memberi nama Korupsi itu adalah
sebuah Virus mematikan. Ibarat penyakit Aids yang sulit disembuhkan. Belum ada
obatnya. Dan virus ini dengan mudah menjalar kemana-mana. Membuat keadaan
semakin parah. Korupsi di Indonesia ini menurutku sudah mencapai level
tertinggi. Mulai dari pejabat daerah sampai pejabat-pejabat tinggi. Hampir
setiap hari berita korupsi selalu muncul di Televisi.
Beberapa tahun terakhir ini berita tentang
virus Korupsi sangat sering kita jumpai. Miris, tragis dan membuatku menangis.
Kehidupan para pejabat tinggi sangat bertolak belakang dengan kami
rakyat-rakyat kecil. Kehidupan para pejabat tinggi yang sangat mewah, dengan
segala fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah. Sedangkan kami
rakyat-rakyat kecil yang harus mengais rejeki di bawah terik sinar Matahari,
makan 1 kali sehari. Mungkin masih banyak lagi perbedaan yang mencolok antara
kami. Tetapi yang membedakan antara kami adalah kami mampu bekerja keras
memeras keringat walaupun hanya menghasilkan 1.000 perak atau bahkan kami tidak
mendapatkan penghasilan sepeserpun tetapi kami bangga karena kami masih mampu
menggunakan tangan, kaki kami untuk bekerja dengan kejujuran tanpa mencuri hak
orang lain. Sedangkan para pelaku virus Korupsi yang sejatinya mereka sudah
hidup dalam kemewahan dan segala fasilitas yang ada dengan mobil kinclongnya
tetapi mereka dengan sembunyi-sembunyi mencuri uang negara. Mereka tidak pernah
malu meskipun sudah terkuak jelas di depan mata. Mereka secara bersama-sama
saling menutupi kesalahan dan saling membenarkan. Oh Tuhan... Satu pertanyaan
untuk mereka. Apakah mereka tidak mempunyai hati nurani dan perasaan. Yang seharusnya
mereka bertanggung jawab atas tugasnya bukan menyalahgunakan kepercayaan
rakyat.
Pelaku korupsi sejatinya menyadari bahwa apa
yang dilakukannya adalah sesuatu yang salah. Tapi seperti yang kita ketahui
bahwa watak manusia memang selalu kurang puas. Satu point yang membuat mereka
melakukan korupsi adalah kurangnya bersyukur atas apa yang mereka punya dan
nikmati. Orang-orang mengatakan bahwa hidup adalah pilihan. Dan setiap orang
memiliki sisi positif dan negatif. Tergantung kita sendiri ingin memilih yang
mana! Positif ataukah negatif.
Korupsi di Indonesia harus segera dibasmi jika
tidak akan sangat sulit menaklukkannya dan sulit untuk membasminya. Semua ini
tidak bergantung pada Pemerintahan saja tetapi kita juga bisa memulainya dari
diri sendiri. Korupsi harus diperangi dengan cara bersama-sama, saling
membantu. Dimulai dari diri sendiri. Belajar tepat waktu, disiplin dan selalu
menjunjung tinggi kejujuran. Dalam sebuah pekerjaan kita telah diberikan
kepercayaan dan amanah yang harus disampaikan. Hukum amanah sangatlah berat
jika kita tidak menyampaikannya. Sama seperti pejabat-pejabat tinggi yang telah
diberikan kepercayaan dan amanah dari negara dan masyarakat. Jika kita ingin
sukses alam menjalankan amanah itu tentu saja kita harus menjadi orang yang
jujur. Insyaallah dengan kejujuran amanah
akan bisa tersampaikan karena kejujuran berlaku di mana-mana.
“Katakan Tidak Untuk Korupsi”
Bintang, 1 Februari 2013