Kamu selalu duduk manis, diam dan
membisu. Tak pernah pergi kemana-mana. Kalau aku tidak memanggilmu kamu pun
hanya diam terpaku.
Apa kamu tidak bosan hanya duduk
sendiri? Apa kamu tidak ingin jalan-jalan? Padahal aku ingin sekali mengajakmu
keliling dunia. Mengunjungi negara-negara yang indah seperti Korea, Jepang dan
masih banyak lagi. Bukankah kamu sudah sering menyimpan semua yang berbau
Korea? Apa kamu hanya cukup tahu 6 orang yang dari Korea itu? Atau kamu
terpaksa menyimpan tentang mereka untukku! Ya, semua ini memang bukan salahmu
tapi temanmu yang berkulit putih itu yang tidak bisa diajak kerja sama.
Baiklah, aku sudah mengerti itu dan tak peduli lagi dengannya.
Kamu pasti masih ingat! Setiap aku
memanggilmu, kamu selalu menyajikan video-video yang membuatku menangis,
tertawa terpingkal-pingkal dan juga membuatku ingin menari. Kamu selalu
membuatku seperti itu.
Lalu, disaat aku curhat denganmu apa
kamu pernah menangis untukku karena masalahku? Apakah kamu pernah tertawa
untukku saatku cerita tentang hal lucu ataukah kamu pernah tersenyum saatku
cerita tentang kebahagiaanku? Aku tak pernah melihatmu tersenyum, tertawa dan
menangis. Lalu kenapa kamu sering membuatku tertawa dan beruraian air mata! Apa
memang pekerjaanmu seperti itu?
Tahukah kamu!
Aku sering sekali ingin menulis
bersamamu. Menulis beberapa kisah indah dan menyedihkan tapi kenapa kita tak
ada kecocokan sama sekali? Ide demi ide selalu berdatangan kedalam otakku namun
semuanya menghilang ketika aku berhadapan denganmu? Ada apa denganku? Ada apa
denganmu? Kenapa kamu tak pernah memberiku ide atau semangat untukku. Aku
selalu bingung bahkan seperti patung, hanya diam dan memandangmu. Seakan
terhipnotis dan lupa dengan semua yang ada di otakku saat itu. Mungkinkah kamu
menyerap semua tenaga, semangat dan ide-ideku! Hmm... Kurasa tidak mungkin,
tapi kamu memang membuatku menjadi orang yang pelupa. Buktinya, terkadang kamu
membuatku lupa waktu.
Tiba-tiba aku teringat tanggal 24
Desember 2008 dimana saat itu kamu datang dan aku melihatmu untuk pertama
kalinya. Kamu pasti tak akan pernah mengerti bagaimana perasaanku waktu itu.
Tentu saja, karena kamu memang tak punya perasaan seperti diriku. Waktu itu aku
sangat senang sekali tapi juga dag dig dug. Kenapa! Karena sebelum hari H
kedatanganmu aku mencoba mencari. Lalu ada seseorang yang membantuku. Dialah
yang memilihmu untukku dan asal kamu tahu aku tak pernah memilihmu. Orang itu
mengatakan akan mengantarmu kerumahku keesokan harinya yaitu tanggal 24. Dia
berjanji siang akan sampai di rumah. Ahh, aku seperti orang bingung. Kamarku
aku sapu, pel dan menunggu kedatanganmu sungguh membuatku senang tapi juga
takut. Aku sangat berharap sekali kamu datang tepat pada waktunya. Oh Ya Tuhan,
ternyata pagi itu Langit gelap sekali dan gerimis berjatuhan. Aku berfikir
mungkin aku tidak bertemu denganmu hari itu karena gerimis kamu tidak mungkin
datang. Aku sangat berharap semoga Langit segera berubah menjadi cerah kembali.
Dari pagi, siang sampai sore aku menunggumu sampai-sampai air mataku
berjatuhan. Aku kecewa karena kamu tidak jadi datang. Padahal esok harinya
libur. "Bagaimana ini apa waktunya belum tepat untuk bertemu denganmu?",
ahh, aku rasa pikiranku sangat kacau dan sedih. Tentu saja tubuhku lemas,
bagaimana tidak! Aku sudah menantikanmu sejak lama. Memilikimu adalah impianku.
Ketika aku sudah menyerah, tiba-tiba
ada seseorang datang dengan motor merahnya. Aku kira siapa ternyata orang itu
telah datang dan membawamu. Saat itulah aku bisa tersenyum bahagia. Ada rasa
lega dalam hatiku. Dengan penuh ketegangan aku melihatmu dibawa olehnya ke
kamarku. Lalu aku pergi membeli Martabak Manis beberapa bungkus. Kamu pasti
tidak tahu bahwa itu makanan kesukaanku. Ya pastilah, tidak mungkin kamu bisa
tahu!
Di perjalanan pulang aku merasa
seperti orang aneh, bukan gila hanya aneh. Aku terlalu bahagia karena akhirnya
aku bisa memilikimu. Sudah bertahun-tahun aku menantikan hari itu datang dan
Tuhan memberikan jawaban. Terima kasih Tuhan.
Sesampainya di rumah, kamu telah siap,
sedang bernyanyi dan meskipun kamu hitam aku tetap menyukainya. Kamu memang
tidak terlalu bagus tapi tidak terlalu jelek, yang sedang-sedang saja itulah
pilihanku! Pertama kali aku masih bingung apa yang harus aku lakukan kepadamu.
Aku takut tidak bisa bermain dan bekerja denganmu. Tapi ternyata bekerja sama
denganmu mudah saja buktinya keesokan harinya pukul 3 pagi aku membangunkanmu
dan kamu pun membantuku membuat laporan akhir tahun yang banyak itu. Masih
ingatkah kamu, laporan-laporan itu membuatku pusing bukan kepayang. Maafkan aku
karena untuk pertama kali kamu disini, aku sudah membuatmu bersuhu panas.
Kamu datang dengan temanmu si Biru.
Dulu kamu sangat cocok dengannya bahkan bisa dikatakan kalian pasangan yang
serasi. Tapi tidak untuk saat ini semenjak aku merubahmu menjadi lebih baik, si
Biru jadi tidak cocok denganmu. Kecocokanmu dengannya hanya sebatas 5% saja.
Ya, masih lumayan memang dari pada tidak sama sekali. Seperti kamu dan si Putih
yang dari dulu sampai sekarang tidak ada kecocokan. Bahkan si Putih sudah
berhenti lebih tepatnya aku berhentikan karena memang itu jalan terbaik dari
pada membuatmu semakin bersuhu panas dan rusak. Oh, aku tidak menginginkan itu
terjadi. Jadi baik-baiklah jangan sedikit-sedikit sakit. Setiap kamu sakit aku
benar-benar sedih. Bukankah kita berteman walaupun kita jarang bertemu, aku
hanya sering melihatmu namun kamu sangat berarti bagiku. Karena kamu bagian dari impianku
yang kuwujudkan dengan perjuanganku, dengan tetes keringatku dan pengorbananku.
Kamus :
1. Dia :
Perakit Komputer
2. Aku :
Aku sendiri
3. Kamu / Si Hitam : Komputer
4. Si Biru :
Bluetooth
5. Si Putih :
Modem
*Tulisan isengku, semoga tidak
menuai kontroversi kekeke namanya juga tulisan iseng jadi mohon maaf kalau anda
merasa diisengi : P*
Mungkin tulisan diatas tak lebih dari
tulisan iseng belaka. Tapi setelah menulisnya entah bagaimana aku bisa berlanjut sampai disini, so mari kita
lanjutkan untuk tulisan yang tidak berbau iseng. Dan sedikit aku tambahkan
dalam “Merenung Sejenak”.
èèèèè
Cerita diatas menceritakan bagaimana
aku dengan Komputerku. Komputer yang kudapatkan dari perjuangan dan kerja kerasku
yang tidak mau merespon modemku hingga aku tak bisa Internetan di rumah.
Sejak kelas I SMK dan pada saat itu
aku baru mengenal Komputer. Tentu saja aku langsung mnenyukainya dan aku ingin
sekali memlikinya. Pelajaran yang sangat aku sukai yaitu Komputer. Aku memang
tidak mahir dalam bidang Komputer namun aku selalu ingin belajar tentang
Komputer. Setelah lulus sekolah, aku mendapatkan kesempatan untuk kursus gratis
selama kurang lebih 3 Bulan. Aku merasa beruntung sekali walaupun aku sudah
mempelajarinya ketika Sekolah tapi aku tetap menggunakan kesempatan ini dan
belajar lebih dalam lagi. Dari situlah rasa ingin memiliki Komputer sendiri itu
semakin menggebu-gebu.
Setelah Kursus Komputer selesai, aku
merasa sepi dan ingin sekali bisa belajar Komputer lagi. Karena aku merasa
mempunyai Komputer adalah sesuatu hal yang tidak mungkin bagiku jadi aku
memutuskan untuk melupakannya. Pernah, aku minta kepada Ibu untuk membelikannya
tapi sebelum beliau menjawab pun aku sudah tahu jawabannya. Karena aku bisa melihat
keadaan orang tuaku yang tak mampu membelinya dan aku pun tak akan memintanya
lagi. Disitulah aku bertekad suatu saat nanti jika aku sudah bekerja dan berpenghasilan
sendiri aku ingin sekali mewujudkan impianku yaitu membeli Komputer. Impian
yang sangat sederhana bukan! Tapi tetap, impian sederhana ataupun impian yang
tinggi, keduanya membutuhkan perjuangan. Dan impianku ini aku tuliskan di
sebuah Buku kecil yang saat ini sudah aku hapus. Pernah aku bermimpi di meja
kamarku ada Komputer lengkap dengan Printernya. Sayang sekali hanya sebuah
mimpi.
Tiba-tiba ada seorang tetangga
menawarkanku sebuah pekerjaan. Menjadi Staf Administrasi dari sebuah Lembaga
Keuangan Mikro. Aku langsung mendaftar dan aku sangat senang dengan pekerjaanku
yang membuat laporan-laporan Administrasi. Bekerja menghitung angka-angka dan
mengetik didepan Komputer. Aku menyukainya karena angka-angka itu cocok sekali dan
sudah terbiasa menghitung angka sejak SMK (Akuntansi).
Setelah bekerja, aku mulai sedikit
demi sedikit menabung. Dan 2 tahun kemudian aku baru mampu mewujudkan impianku
yaitu membeli Komputer. Dan aku bersyukur karena Tuhan memberikanku jawaban
atas usaha dan Do’aku.
Merenung Sejenak :
Sobat, manusia memang selalu
mempunyai keinginan tetapi tidak semua keinginan bisa kita dapatkan. Untuk
sobat, khususnya yang masih sekolah kita harus mengerti dengan keadaan orang
tua kita. Jangan terlalu membebani pikiran mereka dengan segudang keinginan
kita yang kita minta dari mereka. Mereka sudah bekerja keras, membanting tulang
siang dan malam supaya kita bisa makan, sekolah dan lain sebagainya. Bahkan
mereka rela kelaparan demi mengenyangkan perut anak-anaknya. Mencari uang tidak
mudah, rupiah demi rupiah mereka kumpulkan untuk kita “anaknya”.
Sekarang, banyak anak yang dengan
mudahnya mengatakan kepada orang tuanya “Bu, belikan Handphone” atau “Bu,
belikan Laptop”. Jika tidak dipenuhi akan marah. Contoh, ada seorang anak SMP
yang merengek minta dibelikan Handphone. Ibunya yang berjuang seriap hari
mencari uang dengan berjualan sayuran keliling kampung. Panas, lelah dan keringat
bercucuran tapi sang anak seakan tak mempedulikannya. Yang ada didalam
pikirannya hanyalah ingin mempunyai Handphone yang keren. Tak peduli dengan
orang tuanya yang telah memperjuangkannya untuk tetap bersekolah. Jika bisa
dipikirkan lagi, pentingkah anak SMP menggunakan Handphone? Untuk bergaya
ataukah memang butuh? Mungkin diantara keduanya. Aku sangat tahu jaman sekarang
memang hampir semua mempunyai Handphone bahkan anak kecil saja sudah jago
memainkan Ipad apalagi sekedar Handphone. Tentu saja itu hak semua orang tetapi
jika ada kebutuhan yang lebih penting diatas Handphone bukankah lebih baik uang
itu digunakan untuk hal itu dari pada hanya membeli Handphone! Membayar sekolah
misalnya.
Sekali lagi aku tegaskan mencari uang
itu sulit tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mencari untung Rp. 100,00
saja sulit. Dimana-mana praktek jauh lebih sulit dibandingkan teori. Sama
seperti seorang anak yang dengan mudahnya tanpa berfikir terlebih dulu langsung
meminta dibelikan Handphone atau Laptop. Tapi untuk orang tua mewujudkan semua
itu membutuhkan kerja keras, perjuangan dan pengorbanan. Apakah seorang anak
mengerti itu! Apakah memahami semua itu! Tak banyak yang menyadarinya tapi aku
harap akan semakin banyak anak-anak yang akan berfikir lebih dulu sebelum
menuntut kepada orang tua dan seorang anak yang mempunyai jiwa hormat.
Untuk memenuhi keinginan itu tentu
saja tak luput dari yang namanya uang. Uang memang sangat berpengaruh didalam
kehidupan kita. Tapi bukankah uang itu
bukan yang terpenting. Uang bisa mengubah siapa saja dan memperdaya hawa
nafsu kita. Jika kita tidak pandai menahan hawa nafsu kita, pasti kita
sedikit-sedikit akan menuntut. Bukankah manusia itu tidak pernah puas? Satu
keinginan tercapai biasanya ada keinginan yang lain ada dibelakangnya. Tetapi
walaupun manusia itu tak pernah puas kita bisa mencegahnya dengan rumus yang
harus kita terapkan didalam hati kita. Setiap orang mempunyai rumusnya
masing-masing yang terpenting kita bukanlah bagian dari penuntut. Rumusku
sederhana saja “Selalu bersyukur + menikmati apa yang ada = Pengendalian hawa nafsu”.
Kita mampu mengendalikan hawa nafsu yang sudah diombang-ambingkan dengan
beberapa keinginan. Jika kita tidak menerapkan sebuah rumus itu kemungkinan
terbesar adalah seringnya mengeluh dan harus menuruti segala keinginan yang ada
dipikiran kita. Rasa menghormati kepada orang tua juga harus kita tanamkan
dalam diri kita supaya kita tidak seenak hati sekedar meminta.
Adakah yang pernah menangisi seorang
Ibu yang bukan Ibu kandungnya? Aku pernah diawal Puasa Ramadhan tahun ini. Ada
seorang Ibu yang menangis karena tak kuasa menghadapi anak perempuannya yang
tidak bisa menghormatinya. Anak itu disekolah termasuk anak yang pandai karena
mendapat ranking bagus. Tapi sayang dia tidak mempunyai rasa hormat kepada
Ibunya. Setiap disuruh membantu menyapu lantai tidak dikerjakan kalaupun
dikerjakan anak itu akan mengulur waktu hingga berjam-jam. Ketika Ibunya
memberinya nasehat anak itu justru memberikan komentar-komentar dengan nada
tinggi. Aku menangis, aku terisak dan tidak tahu kenapa. Aku merasakan hatiku
sakit melihat Ibu itu menangis, sedih dan kecewa. Bagaimana bisa seorang anak
yang pandai dalam pelajaran bisa memperlakukan Ibunya seperti itu? Apakah dia
terlalu bangga dengan otaknya yang pintar? Bukankah lebih baik mempunyai hati
yang besar dan mempunyai otak yang pas-pasan dari pada otak pintar tapi tak
punya hati! “Ya Allah, dia adalah anak
yang beruntung masih mempunyai seorang Ibu disampingnya dan menyayanginya sedangkan
Ibuku sudah ada disisiMu ya Allah”.... itu yang kurasakan.
Kisah tentang Ibu dan anak ini
mungkin tidak ada hubungannya dengan keinginan dan tuntutan. Tetapi jika
seorang anak mempunyai sikap yang tidak menghormati Ibunya tidak menutup
kemungkinan untuk pintar menuntut bukan!
Sobat, Kita sebagai seorang anak harus bisa menghormati orang tua kita yang
sudah mengorbankan banyak hal untuk kita dan jangan sampai menyakiti hatinya. Jika
kita bisa menghormati orang tua kita insyaallah kita bisa mengerti keadaan
orang tua kita. Karena tidak setiap orang
tua itu kaya harta tetapi orang tua itu kaya akan hati.
Kita manusia, jangan sampai kita dikendalikan oleh uang.
Tapi kita manusia yang harus bisa mengendalikan uang.
Kita manusia, jangan sampai dikendalikan hawa nafsu.
Tapi kita manusia yang harus bisa mengendalikan hawa nafsu.
Bintang, 30 Juli 2012