Senin, 02 Februari 2015

Air Mata



Ahh... Air mata.
Mengapa kau begitu cepat datangnya.
Aku bahkan belum sempat mengundangnya.
Bahkan mengalir dengan derasnya.

Ohh... Air mata.
Kau membuatku layaknya perempuan tak berdaya.
Seperti tak mempunyai tenaga.
Hingga air mata jawaban satu-satunya.

Air mata ini,
Kau membuatku membenci diriku sendiri.
Bagaimana tidak! Kau selalu datang seakan menghantui.
Sungguh, aku tak ingin kau datang sesering ini.

Air mataku,
Aku sangat menghargai keberadaanmu.
Aku tak ingin memiliki hati beku.
Di sisi lain, aku juga tak ingin lemah dan lesu.
Karena kehadiran air mataku.

Air mata,
Sungguh, aku tak ingin terlihat lemah karenamu.
Meski sesungguhnya, keberadaanmu tak selalu ku artikan sebuah kelemahanku.
Akan tetapi, orang lain melihatnya tak seperti itu.
Hingga aku, dengan susah payah sering menyembunyikanmu.

Air mata,
Kau datang membasahi pipi.
Entah karena senang ataukah sedih.
Kau datang tanpa kuduga.
Menetes dengan derasnya.

Air mata,
Meski aku mampu menahannya.
Sampai aku tak kuasa menyembunyikannya.
Dan dada ini terasa begitu sesak.
Mata ini berkaca-kaca.
Dan akhirnya air mata itu menetes jatuh ke Tanah.



Bintang, 30 Januari 2015







Tidak ada komentar:

Posting Komentar